Korban Tewas Akibat Corona Mencapai 81 Orang

0
112
FILE PHOTO: A man wearing a mask is seen at the Nanjing Pedestrian Road, a main shopping area, in Shanghai, China January 24, 2020. REUTERS/Aly Song/File Photo

JAVAFX – Korban tewas akibat wabah virus Corona di China naik menjadi 81 pada hari Senin (27/01/2020), ketika pemerintah memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek dan lebih banyak bisnis besar tutup atau menyuruh staf untuk bekerja dari rumah dalam upaya untuk mengekang penyebaran.

Perdana Menteri China Li Keqiang mengunjungi kota pusat Wuhan, pusat penyebaran, ketika pemerintah berusaha memberi sinyal bahwa pemerintah merespons dengan serius.

Bursa saham Asia jatuh, dimana Indek Nikkei Jepang turun 2%. Ini merupakan penurunan satu hari terbesar dalam lima bulan terakhir. Para investor semakin cemas dan terjadi lonjakan permintaan untuk aset safe-haven seperti yen Jepang dan Obligasi AS, serta Emas.

Jumlah total kasus yang dikonfirmasi di Cina naik sekitar 30% menjadi 2.744, dengan sekitar setengahnya di provinsi Hubei, ibu kotanya adalah Wuhan. Tetapi beberapa ahli menduga jumlah orang yang terinfeksi jauh lebih tinggi.

Ketika kekhawatiran meningkat di seluruh dunia, Hong Kong yang dikuasai Cina, yang telah memiliki delapan kasus yang dikonfirmasi, melarang masuknya orang yang telah mengunjungi Hubei dalam 14 hari terakhir. Larangan itu tidak mencakup penduduk Hong Kong.

Pusat perjudian terdekat Makau, yang memiliki setidaknya satu kasus virus mirip flu, memberlakukan larangan serupa terhadap mereka yang datang dari Hubei, kecuali mereka dapat membuktikan bahwa mereka bebas virus. Kota Haikou di pulau Hainan di Cina selatan mengatakan, turis dari Hubei akan dikarantina selama 14 hari.  “Orang-orang Hubei didiskriminasi,” seorang warga Wuhan mengeluh pada platform media sosial Weibo.

Jumlah kematian akibat virus di Hubei naik menjadi 76 dari 56, kata pejabat kesehatan, dengan lima kematian di tempat lain di China. Sementara sejumlah kecil kasus terkait dengan orang yang melakukan perjalanan dari Wuhan telah dikonfirmasi di lebih dari 10 negara, termasuk Thailand, Prancis, Jepang dan Amerika Serikat, tidak ada kematian yang dilaporkan di tempat lain.

Li adalah pemimpin paling senior yang mengunjungi Wuhan sejak wabah dimulai. Dengan mengenakan jas dan topeng pelindung biru, ia memeriksa upaya untuk mengatasi epidemi dan berbicara dengan pasien dan staf medis, kata pemerintah.

Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta orang, berada dalam penguncian virtual dan batasan pergerakan yang ketat ada di beberapa kota Cina lainnya. Sebagian besar provinsi Hubei, rumah bagi hampir 60 juta orang, berada di bawah semacam pembatasan perjalanan.

Pemerintah memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu selama tiga hari hingga 2 Februari, dalam upaya memperlambat penyebaran virus. Tahun Baru Imlek biasanya merupakan waktu perjalanan jutaan orang, tetapi banyak yang harus membatalkan rencana.

Investor khawatir tentang dampak pada perjalanan, pariwisata dan kegiatan ekonomi yang lebih luas.

Selama wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) tahun 2002-2003, yang juga sama-sama dari China, menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia. Saat itu permintaan penumpang udara di Asia anjlok 45%. Kini, dimana industri perjalanan lebih bergantung pada pelancong asal Tiongkok tentu bisa jauh lebih parah dampaknya.

Virus corona yang baru diidentifikasi diyakini berasal dari akhir tahun lalu di pasar Wuhan yang menjual satwa liar secara ilegal. Banyak yang tidak diketahui tentang itu, termasuk seberapa mudah menyebar dan seberapa berbahaya itu. Ini dapat menyebabkan pneumonia, yang telah mematikan dalam beberapa kasus.

Menteri Kesehatan Nasional Ma Xiaowei mengatakan pada hari Minggu periode inkubasi dapat berkisar dari satu hingga 14 hari, dan virus itu menular selama inkubasi, tidak seperti SARS. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan masa inkubasi dua hingga 10 hari. Juga tidak jelas apakah orang yang terinfeksi dapat menularkannya sebelum mereka menunjukkan gejala.

Wendy Barclay, seorang profesor dan ahli virus di Imperial College London, mengatakan banyak dari virus pernafasan yang menyebar di antara manusia memang menular walaupun tanpa gejala, dan tidak mengherankan jika coronavirus baru juga melakukannya.

“Jika ini terbukti menjadi kasusnya maka mengendalikan penyebarannya menjadi lebih dari sebuah tantangan, dan langkah-langkah seperti skrining bandara tidak mungkin membendung virus secara efektif,” katanya.

Australia mengkonfirmasi kasus kelima pada hari Senin yang melibatkan seorang wanita dalam penerbangan terakhir dari Wuhan ke Sydney sebelum larangan perjalanan Cina. Menteri Kesehatan Greg Hunt mengatakan kepada otoritas Australian Broadcasting Corporation (ABC) yang bertujuan untuk mengeluarkan sekitar 100 anak-anak dan remaja Australia dari Wuhan. Negara-negara termasuk Amerika Serikat bekerja untuk mengevakuasi warganya.

Seorang ayah dua anak, Nathan Wang, mengatakan kepada ABC bahwa istrinya terjebak di Wuhan bersama anak-anak. “Kami benar-benar ingin anak-anak kembali, karena rumah sakit di Wuhan kewalahan,” katanya.

Sejumlah foto di media sosial menunjukkan koridor rumah sakit penuh dengan orang yang mencari perawatan. Bandara di seluruh dunia telah meningkatkan penyaringan penumpang dari Tiongkok, meskipun beberapa pakar kesehatan mempertanyakan efektivitasnya.

Pekan lalu WHO berhenti menyebut wabah itu darurat kesehatan global, tetapi beberapa pakar kesehatan mempertanyakan apakah Cina dapat mengatasi epidemi. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus akan melakukan perjalanan ke Beijing untuk bertemu para pejabat dan pakar kesehatan.

Beberapa perusahaan terbesar di Cina telah terpengaruh, seperti rantai restoran hotpot Haidilao International Holding menutup cabang secara nasional dari hari Minggu hingga Jumat.

Raksasa game Tencent Holdings Ltd menyarankan staf untuk bekerja dari rumah hingga 7 Februari, dan perusahaan e-commerce Alibaba menghapus penawaran masker wajah mahal dari vendor Taobao online marketplace saat harga melonjak.