Konflik Israel – Iran Picu WTI Kembali Mendekati Harga Tertinggi Bulan Lalu

0
101

Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) tidak hanya mencatat kenaikan untuk hari keempat berturut-turut, tapi juga mempertahankan momentum kenaikan mingguan yang cukup stabil dan kuat.

Minyak mentah acuan AS itu diperdagangkan di kisaran $73,50 per barel selama sesi Asia hari Jumat. Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, memicu kekhawatiran potensi gangguan pasokan minyak mentah dari wilayah tersebut, yang menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan minyak global.

Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) sedang berdiskusi dengan Israel mengenai potensi serangan terhadap infrastruktur minyak Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Iran “akan membayar harga yang mahal” untuk serangan hari Selasa, yang melibatkan penembakan setidaknya 180 rudal balistik ke Israel, demikian menurut BBC.

Namun, OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya seperti Rusia dan Kazakhstan, memiliki kapasitas minyak cadangan yang cukup untuk mengimbangi hilangnya pasokan Iran secara keseluruhan jika Israel menyerang fasilitas-fasilitas Iran, meski kelompok ini kemungkinan akan menghadapi tantangan yang signifikan jika Iran membalas dengan menyerang instalasi minyak negara-negara tetangganya di Teluk.

OPEC+ telah mengurangi produksi dalam beberapa tahun terakhir untuk mendukung harga minyak dalam menghadapi lemahnya permintaan global, membuat kelompok ini memiliki kapasitas cadangan jutaan barel. Saat ini, pemangkasan produksi OPEC+ mencapai 5,86 juta barel per hari (bph). Para analis memperkirakan bahwa Arab Saudi dapat meningkatkan produksi sebesar 3,0 juta barel per hari, sementara Uni Emirat Arab (UEA) dapat meningkatkan produksi sebesar 1,4 juta barel per hari.

Pemerintah Libya yang berbasis di bagian timur dan National Oil Corporation yang berbasis di Tripoli mengumumkan pada hari Kamis pembukaan kembali semua ladang minyak dan terminal ekspor, menyusul penyelesaian perselisihan kepemimpinan di bank sentral. Keputusan ini mengakhiri krisis yang telah mengurangi produksi minyak negara itu secara signifikan, demikian menurut Reuters.