Kondisi Darurat Libya Dorong Penguatan Harga Minyak

0
112

JAVAFX – Kondisi darurat Libya dorong penguatan harga minyak pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini di mana kondisi ini diiringi oleh perkiraan permintaan minyak dari Asia.

Libya bergelora lagi di mana perebutan kekuasaan terhadap ladang minyak terjadi kembali. Kelompok atau faksi National Oil Company yang diakui internasional bertikai lagi dengan NOC-East, sebuah faksi yang menguasai secara de facto dari pelabuhan minyak Libya di Zueitina dan Hariga di mana sekitar 850 ribu bph mengalami penundaan setiap harinya. Kondisi ini tentu meningkatkan kekhawatiran investor di saat pasokan dari beberapa produsen minyak OPEC akan mengalami penurunan.

Seperti kita ketahui bahwa selain Libya, kondisi produksi Iran dan Venezuela juga mengalami penurunan karena berbagai sebab. Sebelumnya harga minyak mengalami kenaikan yang cukup signifikan berkat seruan AS untuk seluruh negara di dunia untuk melakukan boikot pembeliaan minyak asal Iran mulai awal bulan depan. China, Jepang, India dan Korea Selatan merupakan negara pengimpor minyak utama dari Iran, dan sekarang sedang bingung mencari pasokan baru.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,61 atau 0,82% di level $74,55 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,41 atau 0,53% di harga $77,71 per barel.

OPEC meeting terakhir telah berhasil menyepakati rencana kenaikan produksi minyak OPEC dan Rusia, supaya dapat mengatasi pasokan minyak Iran yang dilarang diperdagangkan oleh AS tersebut. Diharapkan Arab Saudi dan Rusia bisa menambah produksinya sekitar 1 juta bph untuk menutupi pasokan minyak Iran 600 ribu bph dan turunnya produksi minyak dari Libya, Kanada dan Venezuela.

Presiden Trump sendiri meminta kepada Raja Salman dari Arab Saudi untuk meningkatkan produksinya. Menurut Reuters dalam hasil survei terakhir ternyata OPEC di bulan lalu telah menaikkan produksinya sebesar 320 ribu bph menjadi 32,32 juta bph. Sedangkan AS sendiri semenjak 2 tahun ini produksi minyaknya sudah naik 30% menjadi 10,9 juta bph.

Di sisi lain Barclays mengungkapkan bahwa permintaan minyak asal AS bulan lalu juga turun dari rata-rata 730 ribu bph dan sekarang hanya 385 ribu bph, menandakan bahwa permintaan dari Asia sedang menurun. Beberapa pengamat menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China sudah mulai terkontraksi akibat dari perang dagang.

(Sumber: Analis JAVAFX)
Untuk mendapatkan free signal trading, analisa market mingguan, full support langsung dari analis,

Hubungi JAVAFX :

Phone / WhatsApp : 082116448874

Apakah Anda membutuhkan informasi Training JAVAFX, Introducer Broker – IB, belajar forex, teknikal forex, signal forex, strategi forex dan analisa forex untuk melakukan transaksi trading forex, trading emas, trading oil, trading index minggu ini? Segera Hubungi Analis JAVAFX
Author : Adhi Gunadhi