Khawatir Produksi Minyak AS Yang Terus Melonjak, Harga Minyak Makin Sengsara

0
115

JAVAFX – Berita minyak di hari Kamis(8/2/2018), khawatir produksi minyak AS terus melonjak, harga minyak makin sengsara pada perdagangan siang hingga sore hari ini dimana ada unsur aksi jual lanjutan kembali di minyak setelah data EIA menyatakan bahwa produksi minyak AS sudah mendekati produksi minyak Rusia serta dolar AS yang masih menguat.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Maret di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,29 atau 0,47% di level $61,50 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,26 atau 0,40% di harga $65,55 per barel.

Pelemahan harga minyak berlanjut dari semalam setelah dalam laporan mingguannya, di mana EIA pekan ini yang menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 332 ribu bph menjadi 10,251 juta bph, melewati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.

Sebelumnya semalam EIA juga menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 1,895 juta barel, sedangkan persediaan minyak bensin juga naik sebesar 3,414 juta barel. Untuk persediaan minyak pemanas dan minyak solar juga naik sebesar 3,926 juta barel.

Naiknya produksi minyak AS tersebut terjadi setelah disparitas harga antara minyak Brent dan minyak WTI di bulan lalu sempat melebar di atas $6 per barel disertai pula oleh kenaikan harga minyak itu sendiri. Namun selain itu, penurunan harga minyak ini juga disebabkan akan mulainya rendahnya permintaan minyak pemanas di kala belahan bumi Utara sudah memasuki musim panasnya yang biasanya disertai pula mulai turunnya permintaan tersebut.

Beruntung impor minyak China mengalami kenaikan sehingga ada penopang harga minyak juga. Impor minyak China di Januari naik 20% sebesar 40,64 juta metrik ton atau setara dengan 9,57 juta bph, naik dari Desember sebesar 7,94 juta bph.

Sedangkan dolar AS atau greenback mengalami penguatannya terhadap mata uang utama dunia setelah administrasi pemerintah Trump tidak jadi ditutup hari ini pasca parlemen AS semalam telah menyepakati anggaran belanja Trump untuk 2 tahun ke depan senilai $300 milyar. Kondisi ini tentu membuat harga minyak mengalami pelemahannya kembali mengingat sebagian besar perdagangan minyak menggunakan mata uang AS ini sebagai alat tukar sehingga ada kesan bahwa harga minyak sedang lebih mahal upaya belinya.

Hari ini kondisi belum berubah di mana penguatan dolar AS masih terjadi, dengan dorongan jual minyak yang terjadi meski pasar ekuitas Asia sudah mulai stabil dan imbal hasil obligasi serta hasil lelang AS semalam makin menunjukkan eksistensi ekonomi AS yang tetap solid dan tampak stabil.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC