Khawatir Dengan Lesunya Ekonomi Global, Harga Minyak Turun

0
183
Rigging as seen from upper deck on a drill ship silhouetted by the setting sun. Cranes , tower, catwalk and satellite dome are in the image.

JAVAFX – Harga minyak ditutup lebih rendah pada Selasa (22/01), setelah peringatan dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan data ekonomi yang lemah dari China menggarisbawahi kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.

Harga minyak ditututp mendekati posisi terendah sepanjang sesi perdagangan. Faktor pendorong turunnya harga didikung dari data yang dirilis tepat sebelum penutupan perdagangan. Indikator ini menyarankan perlambatan produksi minyak serpih AS. Lembaga Informasi Energi memperkirakan kenaikan produksi minyak serpih sebesar 62.000 barel per hari di bulan Februari, meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 8.179.000 barel per hari. Lembaga tersebut memperkirakan kenaikan lebih dari dua kali lipat untuk Januari dari Desember.

Harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari turun $ 1,23, atau 2,3%, ke $ 52,57 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX), sedikit naik dari posisi terendah yang disentuh pada $ 51,80. Untuk kontrak bulan Maret, harga WTI ditutup pada $ 53,01, turun $ 1,03, atau 1,9%. Sementara minyak mentah Brent harus turun $ 1,24, atau 2%, berakhir pada $ 61,50 di ICE Futures Europe. Di perdagangan awal pekan, harga minyak Brent hanya naik tipis 4 sen.

Sumber penurunan berasal dari kekhawatiran pasar akan kondisi ekonom global, paska peringatan IMF pada Senin kemarin. Dikatakan oleh IMF bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan turun, terutama karena pertumbuhan yang kurang dinamis di Eropa. Sementara itu, NDRC sebagai badan perencanaan negara China, menyatakan potensi pendinginan lebih lanjut dari ekonomi Tiongkok. Pada Senin pagi, Cina melaporkan ekonominya tumbuh 6,6% pada 2018, laju paling lambat sejak 1990.

IMF pada hari Senin mengatakan perekonomian global diperkirakan hanya akan tumbuh 3,5% pada tahun 2019. Perkiraan ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,7% yang dirilis pada bulan Oktober dan tingkat pertumbuhan pada 2018 bisa mencapai 3,7%. Jatuhnya perekonomian global, menurut IMF dipengaruhi meningkatnya ketegangan perang dagang yang digelar AS atas sejumlah mitra dagangnya dan kenaikan suku bunga acuan utama AS.

Kabar terkini lebih mengejutkan lagi, para pejabat AS membatalkan rencana pembicaraan dalam mencari resolusi perang dagang ini. Sedianya perwakilan AS pada minggu ini akan bertemu dengan dua wakil menteri China, menjelang pertemuan tingkat tinggi di Washington akhir bulan ini, menurut laporan Financial Times Selasa.

Data dari Badan Energi Internasional akhir pekan lalu mengkonfirmasi perkiraan permintaan minyak global meskipun prospek ekonomi semakin suram. Mereka menyerukan bahwa permintaan meningkat 1,4 juta barel per hari pada tahun 2019 akan berdampak positif berupa kenaikan harga dari posisi yang lebih rendah.

Dengan proyeksi yang demikian, diharapkan pasar minyak bisa menyeimbangkan diri secara bertahap sepanjang tahun ini. Ini bisa menjadi kabar baik ditengah upaya OPEC + yang secara konsisten akan menerapkan pengurangan produksi sebagaimana yang disepakati. OPEC kini telah mempublikasikan rincian kontribusi produksi dari masing-masing negara.(WK)