JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(13/3/2018), keteguhan sisi positif harga emas dipertanyakan kembali pada perdagangan hari ini dengan harapan ada pengaruh data-data ekonomi AS nanti malam muncul lagi dan membawa angin segar terhadap penguatan emas lebih lanjut.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan awal pekan kemarin, kondisi greenback memberikan tekanannya kepada emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak April di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $0,50 atau 0,04% di level $1323,50 per troy ounce.
Sebelumnya nilai dolar AS mulai memburuk sejak akhir pekan lalu karena data pertumbuhan upah kurang begitu menyemangati kenaikan suku bunga the Fed 4 kali di tahun ini, sehingga semenjak itu pelemahan dolar terjadi. Apalagi ada pernyataan dari Presiden Trump yang menguji pasar dengan usulan kebijakan fiskal yang baru berupa kenaikan tarif impor baja dan alumunium masing-masing 25% dan 10%.
Reaksi pasar dari awal pekan minggu sebelumnya tentunya negatif bagi dolar AS serta membuat pasar saham dunia tumbang dan banyak investor melakukan aksi safe haven yen dan emas. Beruntung Meksiko dan Kanada lolos dari tarif tersebut sehingga pasar kembali tenang. Namun pihak lain sudah mengobarkan perang dagang dengan cara mulai mengurangi pembeliaan aset-aset berbasis dolar AS.
Ujian bagi dolar AS dan keteguhan emas untuk menguat kembali akan ditentukan pada hari ini dengan pasar akan melihat keteguhan inflasi AS yang merupakan fokus bagi jadi tidaknya suku bunga the Fed naik 4 kali atau tidak.
Namun sebelumnya kita akan melihat reaksi dari pasar saham Asia dan Eropa yang kemungkinan besar masih mengikuti jejak pasar saham Wall Street semalam yang negatif sehingga memang masih ada peluang bagi emas untuk menekan kembali emas, dan yen juga masih bisa positif lebih lanjut.
Fokus data memang tertuju kepada data CPI atau inflasi AS, di mana ada perkiraan bahwa inflasi bulan lalu kemungkinan besar lebih rendah daripada periode sebelumnya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa inflasi di Januari lalu terdongkrak oleh kebijakan pemotongan pajak sehingga pekerja mendapatkan tambahan bonus dan kenaikan upahnya.
Namun memasuki Februari lalu, kondisi ini kembali berbalik di mana tidak ada tambahan bonus lagi sehingga peluang kenaikan inflasi pun akan mengecil. Inflasi inti yang merupakan tolok ukur the Fed dalam bersikap untuk penentuan suku bunga akan dilihat oleh investor, apakah akan mendekati level target the Fed di 2% atau makin menjauhinya. Bila makin menjauhi, maka ada kesempatan bagi emas dan mata uang utama dunia non-dolar AS akan menekan greenback kembali.
Namun perlu diwaspadai pula masalah kebijakan tarif impor logam dari Trump, bila Eropa dan Jepang dibebaskan juga seperti Meksiko dan Kanada, maka ada peluang bagi greenback untuk berbalik menekan emas dan mata uang utama dunia lainnya.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters