JAVAFX – Ketegangan Arab Saudi-Kanada cair, harga minyak bisa membaik pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini namun masih terdapat bayang-bayang pasokan yang akan berkurang cukup besar dan rendahnya konsumsi global masih membatasi perbaikan harga lebih lanjut.
Kanada dengan Arab Saudi hubungan diplomatiknya sedang tidak mesra, namun Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih menegaskan bahwa pasokan minyak Saudi Aramco ke Kanada tidak akan mengalami hambatan pasokannya karena hubungan diplomatik yang sedang memanas. Kondisi ini membuat keyakinan bahwa Kanada akan tercukupi pasokan minyaknya.
Sebelumnya harga minyak sempat turun tajam karena kedua negara tersebut sedang saling mengusir diplomatnya sehingga dikhawatirkan pasokan minyak dunia akan terganggu. Namun beruntung data ekspor China memang mengalami penurunannya pada bulan lalu, namun surplus perdagangan yang turun tersebut tidak sebesar perkiraan pasar ketika perang tarif bulan lalu sudah diberlakukan AS kepada China sehingga pasar minyak optimis dalam menghadapi kondisi perang tarif dan jelang embargo Iran situasi pasokan akan tetap seimbang.
Dipastikan pula bahwa impor minyak China sudah naik lagi dari 8,1 juta bph di Juni lalu tengah meningkat menjadi 8,4 juta bph di Juli lalu meski perang tarif sedang berlangsung.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,06 atau 0,09% di level $67,00 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,21 atau 0,29% di harga $72,49 per barel.
Sebelumnya dukungan harga minyak datang setelah diberitakan bahwa AS mulai pekan ini akan memberlakukan sanksi baru kepada Iran atas usahanya menekan Iran untuk patuh tidak mengembangkan tehnologi nuklirnya. Iran tengah dilarang melakukan kegiatan perdagangan lalu lintas uang, logam dan setengah produksi energinya dilarang untuk di ekspor sehingga diperkirakan sekitar 2,4 juta bph konsumsi minyak asal Iran akan hilang mulai bulan ini.
Kondisi ini membuat pasar sedikit terkejut karena pasokan minyak akan cukup berkiurang mengingat Iran merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar kelima didunia. Pasokan minyak Iran banyak ke negara India, China dan Uni Eropa, di mana ketiganya rupanya juga tidak ikut serta memberikan sanksi kepada Iran seperti AS, namun AS pasti akan menekan mereka dengan segera membatasi ruang perdagangan dolarnya.
Banyak pihak berpendapat bahwa sanksi Iran ini akan membawa harga minyak ke level $90 per barel dalam waktu dekat ini. Namun faktor akan kelebihan pasokan minyak pernah menjadi penyebab harga minyak disikapi negatif oleh pasar. Dalam laporan sebelumnya, OPEC menjelaskan bahwa di bulan Juli lalu, telah mengalami kenaikan produksi sekitar 70 ribu bph menjadi 32,64 juta bph, tertinggi selama 2018 ini. Selain itu persediaan minyak AS terlihat akan mengalami kenaikan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rusia, di mana bulan lalu, produksi mereka lebih besar 150 ribu bph lebih banyak daripada kesepakatan awal dengan OPEC sebagai jawaban dari keinginan Presiden Trump agar harga minyak dunia tidak terlalu tinggi yaitu dengan memperbesar pasokannya.
Perbaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang. Kondisi perang dagang memang belum usai, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi. Trump sedang mempersiapkan tarif tambahan sebesar 25% bagi produk impor China.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi