Seorang jenderal militer Amerika Serikat memperingatkan bahwa hanya masalah waktu sebelum rencana China untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan militer terkemuka di dunia menjadi kenyataan.
Dia menyerukan agar Washington dan sekutu-sekutunya mempercepat upaya guna melawan upaya Beijing untuk mendominasi.
Jenderal John Hyten, wakil ketua Kepala Staf Gabungan dan perwira militer paling senior kedua di Washington, menyebut peningkatan pesat militer Tiongkok “menakjubkan.” “Kecepatan mereka bergerak dan lintasan yang mereka tempuh akan melampaui Rusia dan Amerika Serikat jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mengubahnya,” katanya kepada Defense Writers Group, asosiasi koresponden pertahanan dan keamanan nasional, pada Kamis (28/10), ketika menanggapi pertanyaan dari VOA.
“Kita harus melakukan sesuatu,” tambahnya.
Peringatan yang dilontarkan Hyten, yang akan memasuki masa pensiun bulan depan, keluar sehari setelah seorang perwira tinggi militer AS secara terbuka mengkonfirmasi bahwa China telah menguji sistem senjata hipersonik pada Juli, meluncurkan pesawat layang untuk mengelilingi dunia dengan kecepatan lima kali kecepatan suara.
Jenderal Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan AS, mengatakan kepada jaringan televisi Bloomberg pada Rabu (27/10) bahwa uji coba itu “sangat mengkhawatirkan.” “Saya tidak tahu apakah ini momen Sputnik, tapi saya pikir ini sangat dekat dengan itu,” tambah Milley, merujuk pada peluncuran satelit buatan pertama di dunia oleh Rusia pada 1950-an.
Pencapaian itu memicu perlombaan antariksa yang mendominasi beberapa dekade berikutnya.
Seperti Milley, Hyten menolak untuk memberikan rincian uji coba pesawat hipersonik China, dengan mengatakan bahwa informasi itu bersifat rahasia.
Tapi dia mengakui bahwa hanya dengan melakukan uji coba seperti itu, berarti China berniat mengirimkan suatu pesan.
Hyten menyatakan keyakinannya bahwa untuk saat ini, program hipersonik Amerika sendiri lebih maju, meskipun ia mengemukakan kekhawatiran bahwa hal itu bisa berubah.
Terlepas dari kekhawatiran tentang kemampuan militer China yang berkembang pesat, Hyten mengatakan bahwa untuk saat ini, Rusia tetap menjadi ancaman eksistensial terbesar bagi AS.