Kekuatan Inflasi Dan Efek Dominonya Terhadap Dolar

0
123

Dolar AS kembali melangkah mulus pada perdagangan sesi Senin menyusul data ekonomi yang lemah di China dan kenaikan harga minyak mendorong kegelisahan investor bahwa inflasi saat ini akan semakin mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga lebih cepat.

Di sesi Asia, greenback menguat tipis seiring dengan imbal hasil obligasi AS untuk menahan penurunan yang diderita kedua aset tersebut minggu lalu. Dolar AS masing-masing menguat sekitar 0,2% terhadap euro dan 0,1% terhadap yen yang menyeret mata uang Jepang itu mendekati level terendah di baru tiga tahun terakhir.

Kiwi Selandia Baru melonjak hampir 0,5% ke level tertinggi satu bulan di $0,7105 sebelum kembali datar di $0,7071 setelah angka inflasi kuartalan Selandia baru capai angka tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Sterling juga berhasil mempertahankan kekuatan dan relatif stabil pasca pernyataan hawkish dari Gubernur Bank of England Andrew Bailey di akhir pekan kemarin yang mengatakan pembuat kebijakan “harus bertindak” karena meningkatnya harga energi yang mendorong kenaikan inflasi.

Dari negeri tirai bambu, pertumbuhan ekonomi China mencapai laju paling lambat dalam satu tahun di kuartal ketiga, data menunjukkan pada hari Senin, yang terpengaruh oleh kekurangan listrik yang menghambat produksi pabrik, sementara pada komoditas, harga minyak mentah naik lebih dari 1% dan mencoba menguji level tertinggi 2018.

Yuan China sedikit melemah pasca dirilisnya data tersebut. Namun secara bersama-sama, ekonomi China yang melambat, krisis listrik dan tanda-tanda di seluruh dunia bahwa tekanan dari biaya energi terus menimbulkan dapak negatif, tampaknya membuat investor berhati-hati karena mereka bersiap untuk menghadapi periode bergelombang.

“Untuk beberapa waktu argumen utama kami bertumpu pada dua faktor yang secara bersamaan muncul mendukung dolar, yaitu moderasi dalam pertumbuhan global dan Fed mengambil jalur bertahap menuju kenaikan suku bunga akhirnya,” kata analis HSBC dalam sebuah catatan.

Dolar terakhir diperdagangkan di level 114,35 yen dengan rekomendasi buy, terhadap euro, dolar diperdagangkan pada level $1,1579 dan naik sekitar 0,2% pada $ 0,7402 terhadap dolar Australia. Indeks dolar naik 0,1% ke level 94,102, merayap kembali ke level tertinggi satu tahun di minggu lalu di 94,563.

Dorogan Kenaikan Suku Bunga Di 2022

Risalah pertemuan Federal Reserve pada September yang diumumkan pada Rabu pekan lalu, mempertegas harapan pasar pada bank sentral yang akan mulai mengurangi pembelian aset tahun ini. Risalah menunjukkan para pembuat kebijakan siap untuk memulai langkah pengurangan hingga pertengahan tahun depan.

Swap Price juga menunjukkan peningkatan tekanan secara global dengan peluang hampir 30% Bank of England menaikkan kenaikan suku bunga tahun ini dan hampir 80 basis poin kenaikan suku bunga hingga tahun 2022. Sterling bertahan di $1,3734, tepat di bawah level tertinggi satu bulan yang dicapai pada hari Jumat di $1,3773.

Di Selandia Baru, di mana harga konsumen melonjak lebih tinggi pada laju tercepatnya sejak 2010, para pengamat memperkirakan bank sentral perlu tetap berada di jalur kenaikan suku bunga bahkan ketika penguncian Auckland diperpanjang.

Bahkan di Australia, di mana bank sentral bersikeras akan mempertahankan suku bunga hingga 2024, swap adalah kenaikan harga yang akan dimulai pada pertengahan 2022 dan untuk kenaikan 100 bps bahkan sebelum 2024 dimulai.

Sepinya kalender ekonomi dari data penting yang dirilis pada hari Senin, membuat para pelaku pasar menggeser fokus pada rilis ‘Beige Book’ Fed tentang kondisi ekonomi pada hari Rabu dan mengawasi pasar kredit China di mana sejumlah pengembang yang memiliki utang mulai melakukan pembayaran kupon minggu ini.