Fumio Kishida, pesaing kuat untuk menggantikan Yoshihide Suga sebagai perdana menteri Jepang, menyerukan paket stimulus lebih dari 30 triliun yen (Rp3,8 kuadriliun) untuk meredam hantaman ekonomi dari pandemi virus corona, sebuah majalah melaporkan.
Kishida juga mengatakan bahwa jika dia menjadi perdana menteri, dia akan meminta Bank of Japan (BOJ) mempertahankan target inflasi 2 persen dan program stimulus besar-besaran, kata majalah Diamond mengutip wawancara yang disiarkan secara daring pada Senin (6/9) malam.
“Kami tidak bisa menyentuhnya untuk saat ini.
Menghapus tujuan itu dapat mengirim pesan yang salah ke pasar,” kata Kishida tentang target inflasi BOJ yang menurut para kritikus tidak realistis untuk ekonomi yang telah lama menderita inflasi mendekati nol.
“Kita harus mendukung perekonomian dengan pelonggaran moneter skala besar dan stimulus fiskal untuk melindungi kehidupan masyarakat dari pandemi,” katanya seperti dikutip Diamond.
Pernyataan itu muncul setelah Kishida mengatakan pada konferensi pers pada Jumat (3/9) bahwa pemerintah harus menyusun paket pengeluaran senilai “beberapa puluh triliun yen,” tanpa memberikan jumlah tertentu.
Kishida mengatakan di bawah rencananya, pemerintah akan menyusun anggaran tambahan melebihi 30 triliun yen yang akan didanai dengan menerbitkan obligasi, menurut majalah itu.
Perdana Menteri Yoshihide Suga pada Jumat mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri.
Pengumuman mengejutkan itu telah membuat persaingan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa yang dijadwalkan berlangsung pada 29 September terbuka lebar.
Sejumlah kandidat, termasuk mantan menteri luar negeri Fumio Kishida, mempertimbangkan untuk mencalonkan diri.