Juri Siap Putuskan Ganti Rugi yang Harus Dibayar dalam Kasus Pencemaran Nama Baik yang Libatkan Trump

0
69

Seorang hakim federal Amerika Serikat, pada Rabu (6/9), memutuskan bahwa juri dalam kasus pencemaran nama baik perdata yang melibatkan mantan Presiden Donald Trump, hanya perlu memutuskan berapa banyak lagi ganti rugi yang harus dia bayar kepada seorang kolumnis New York.

Keputusan tersebut dibuat karena juri telah memutuskan bahwa Trump terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap sang kolumnis di sebuah ruang ganti toko barang mewah pada tahun 1990-an.

Hakim Lewis Kaplan di New York mengatakan fakta-fakta di balik keputusan juri federal pada awal tahun ini terkait klaim yang diajukan E.

Jean Carroll, yang menyebutkan bahwa Trump telah melecehkan dirinya, akan terbawa ke kasus pencemaran nama baik yang dijadwalkan pada bulan Januari mendatang.

Dalam kasus pelecehan itu, meskipun menolak klaim bahwa Trump telah melakukan pemerkosaan, juri tetap memerintahkan Trump untuk membayar ganti rugi sebesar US$5 juta kepada Caroll karena telah melecehkan dan mencemarkan nama baiknya.

Trump, yang kini menjadi kandidat calon presiden yang paling unggul untuk meraih nominasi Partai Republik tahun 2024, telah mengajukan banding atas putusan tersebut dan menyangkal bahwa ia telah menyerang Carroll.

Gugatan Pemandu Sorak Saat Carroll, yang merupakan mantan seorang pemandu sorak di perguruan tinggi yang kemudian menjadi kolumnis untuk majalah Elle, mengajukan gugatan hukum terhadap Trump untuk pertama kalinya, mantan presiden Amerika Serikat itu mengklaim bahwa ia tidak mengenalnya dan dalam hal apa pun tidak akan tertarik padanya karena ia bukan “tipe saya.” Sebuah foto yang memperlihatkan Trump dan Carroll sedang berbincang dan bersosialisasi di sebuah pesta di New York puluhan tahun lalu kemudian ditampikan dalam persidangan.

Persidangan pertama berkisar seputar tuduhan pelecehan seksual itu sendiri, sebuah insiden yang diduga terjadi setelah apa yang dikatakan Carroll, yang kini berusia 79 tahun, sebagai pertemuan yang kebetulan dengan Trump di toserba Bergdorf-Goodman di New York.

Saat itu Trump meminta Carroll membantunya berbelanja hadiah untuk seorang perempuan.

Dalam keputusan pada hari Rabu (6/9), Kaplan menulis, “juri mempertimbangkan dan memutuskan isu-isu yang umum terjadi dalam kedua kasus tersebut, termasuk soal apakah Trump secara keliru menuduh Carroll mengarang tuduhan pelecehan seksualnya dan, jika memang demikian, apakah ia tahu bahwa hal itu “salah,” atau bertindak tanpa mempedulikan kebenaran.

“Kebenaran atau kepalsuan pernyataan Trump pada tahun 2019 bergantung…

pada apakah Carroll berbohong tentang Trump dan pelecehan seksual terhadapnya,” kata Kaplan.

“Juri memutuskan bahwa dia tidak berbohong, maka keputusan juri dalam kasus [pencemaran nama baik] ini bersifat mengikat dan menghalangi Trump untuk menggugat kepalsuan pernyataan-pernyataannya di tahun 2019.” Meskipun gugatan Carroll diajukan pada tahun 2019 lalu, hakim pada bulan Juni kemarin mengizinkan pengacaranya untuk menambahkan pernyataan yang dibuat Trump terhadapnya di acara politik CNN yang disiarkan pada malam hari setelah dia kalah dalam kasus pelecehan pada bulan Mei.

Ketika itu Trump mengatakan “perempuan ini, saya tidak mengenalnya.

Saya tidak pernah bertemu dengannya.

Saya tidak tahu siapa dia,” kata Trump.

“Dia adalah seorang pembohong!” Pengacara Carroll, Roberta Kaplan, yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan hakim, mengatakan Carroll menantikan persidangan yang “terbatas pada ganti rugi atas pernyataan memfitnah yang dibuat oleh Donald Trump.” Sementara itu pengacara Trump, Alina Habba, mengatakan tim kuasa hukumnya yakin bahwa putusan juri itu akan dibatalkan, dan ini berarti akan menggugurkan keputusan baru dari hakim.

Kasus perdata tersebut merupakan salah satu dari serangkaian tantangan hukum yang akan dihadapi Trump dalam beberapa bulan mendatang.

Trump telah didakwa dalam empat kasus kriminal yang mencakup 91 dakwaan, dua di antaranya terkait upaya untuk membatalkan kekalahan pemilihan presiden tahun 2020, satu kasus lainnya terkait penanganan dokumen keamanan nasional yang sangat rahasia setelah ia meninggalkan jabatannya pada tahun 2021, dan kasus keempat terkait dugaan pemalsuan catatan bisnis untuk menyembunyikan uang suap sebesar US$130.000 kepada seorang bintang film porno menjelang pencalonannya sebagai presiden AS pada tahun 2016.