Junta militer Myanmar telah mengeksekusi mati empat aktivis demokrasi yang dituduh membantu “aksi teror”, demikian media pemerintah melaporkan, Senin.
Eksekusi tersebut menjadi pelaksanaan hukuman mati pertama di negara itu dalam beberapa dekade.
Keempat pria itu dijatuhi hukuman mati pada Januari dalam persidangan tertutup.
Mereka dituduh membantu milisi melawan militer, yang merebut kekuasaan lewat kudeta tahun lalu dan menindak keras para pembangkang.
Eksekusi yang telah direncanakan itu menuai kecaman internasional.
Dua pakar PBB menyebut tindakan itu sebuah “upaya keji untuk menebar ketakutan” di tengah masyarakat.
Dua dari keempat aktivis yang dieksekusi itu adalah tokoh demokrasi Kyaw Min Yu, yang lebih dikenal sebagai Jimmy, dan artis hip-hop Phyo Zeya Thaw, kata harian Global New Light of Myanmar.
Phyo Zeya Thaw adalah orang dekat Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar yang digulingkan.
Kedua orang itu kalah di persidangan banding pada Juni.
Sementara dua orang lainnya adalah Hla Myo Aung dan Aung Thura Zaw.
Menurut Global New Light, keempatnya telah didakwa dengan undang-undang anti terorisme dan hukum pidana.
Hukuman terhadap mereka telah dilaksanakan menurut prosedur penjara, kata harian itu tanpa menjelaskan lebih detail.
Eksekusi di Myanmar sebelumnya dilakukan dengan hukuman gantung.
Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) mengatakan eksekusi terakhir di Myanmar terjadi pada akhir 1980-an.
Juru bicara militer tidak menjawab panggilan saat dimintai komentarnya.
Thazin Nyunt Aung, istri Phyo Zeyar Thaw, mengaku tidak diberi tahu tentang eksekusi suaminya.
Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak kudeta tahun lalu.
Konflik meluas di seluruh negara itu setelah tentara melakukan tindakan tegas terhadap aksi-aksi protes secara damai di kota-kota.
AAPP mengatakan lebih dari 2.100 orang telah dibunuh oleh aparat keamanan sejak kudeta.
Tapi angka itu menurut junta dilebih-lebihkan.
Seberapa besar kekerasan di Myanmar sulit diperkirakan karena bentrokan telah meluas ke wilayah-wilayah terpencil.
Kelompok-kelompok pemberontak dari suku minoritas di wilayah-wilayah itu juga terlibat konflik dengan militer.