Israel tuding lembaga pengawas nuklir PBB tak becus awasi Iran

0
82

PM Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu menuding Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak becus mengawasi aktivitas nuklir Iran dan menyatakan bahwa lembaga pengawas PBB itu terancam dipolitisasi dan menjadi tidak relevan.

“Iran terus berbohong kepada Badan Energi Atom Internasional.

Tunduknya badan itu kepada tekanan Iran menodai catatannya,” kata Netanyanhu dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi.

Kritik yang tidak biasa itu dilontarkan setelah IAEA pekan lalu melaporkan bahwa Iran telah memberi jawaban yang memuaskan terkait kasus dugaan partikel uranium dan pemasangan kembali beberapa peralatan yang awalnya diberlakukan di bawah Perjanjian Nuklir 2015 yang saat ini tidak berlaku lagi.

Iran telah membantah berencana melakukan pengayaan uranium hingga melebihi dari 60 persen kemurnian fisil untuk dua bom nuklir, sedangkan Israel telah meningkatkan ancamannya untuk meluncurkan serangan militer preventif bila diplomasi internasional gagal.

“Jika IAEA menjadi sebuah organisasi politik, maka aktivitas pengawasannya di Iran tidak lagi berarti, begitu pula dengan laporannya mengenai aktivitas nuklir Iran,” kata Netanyahu.

IAEA belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Pada Rabu IAEA melaporkan bahwa setelah bertahun-tahun penyelidikan dan kurangnya kemajuan, Iran telah memberikan penjelasan yang memuaskan atas satu dari tiga lokasi di mana partikel uranium telah terdeteksi.

Partikel-partikel itu dapat dijelaskan dengan keberadaan tambang yang pernah dioperasikan Soviet dan laboratorium di sana, dan IAEA tidak punya pertanyaan lanjutan, kata seorang diplomat senior di Wina.

Merujuk hal itu, Netanyahu mengemukakan bahwa alasan Iran atas penemuan material nuklir di lokasi yang terlarang itu tidak bisa dipercaya dan secara teknis tidak mungkin.

Namun, diplomat Wina itu mengatakan kepada Reuters bahwa penilaian IAEA tetap sama, yaitu bahwa Iran telah melakukan uji peledakan di sana beberapa dekade lalu yang relevan dengan senjata nuklir.

Setelah Presiden AS kala itu, Donald Trump, keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, Teheran meningkatkan pengayaan uranium.

Pejabat Israel dan Barat ketika itu mengatakan bahwa pengayaan dari 60 persen kemurnian fisil menjadi 90 persen, yang setara dengan kelas senjata nuklir, dapat terjadi dalam beberapa pekan.

Dalam pidatonya di PBB pada 2012, Netanyahu menyatakan pengayaan hingga 90 persen oleh Iran adalah “garis merah” yang dapat memicu serangan preventif.

“Bila telah tercapai suatu titik keputusan, di mana dua pilihan yang ada adalah Iran meledakkan bom atau kami mengambil tindakan, maka kami akan mengambil tindakan,” kata Menteri Energi Israel, Israel Katz, seorang anggota kabinet keamanan nasional Netanyahu.

“Kami sedang mempersiapkan segalanya saat ini,” kata Katz kepada radio Galey Israel.