Iran mengatakan telah menyampaikan tanggapan yang “konstruktif” atas usulan AS untuk melanjutkan kembali perjanjian nuklir 2015 yang telah mengalami kebuntuan sejak 2018.
“Pesan yang dikirim (oleh Iran) memiliki pendekatan konstruktif untuk menyelesaikan negosiasi,” kata juru bicara Kemlu Iran Nasser Kanaani, seperti dikutip media pemerintah IRIB, Jumat.
Namun, Departemen Luar Negeri AS memiliki penilaian lain.
“Kami bisa konfirmasikan bahwa kami telah menerima respons Iran melalui EU (Uni Eropa),” kata juru bicara Deplu AS.
“Kami sedang mempelajarinya dan akan menanggapinya lewat EU, tetapi sayangnya (respons Iran) itu tidak konstruktif,” katanya.
IRIB melaporkan bahwa tanggapan Iran disampaikan lewat Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Josep Borrell, yang mengoordinasikan negosiasi tersebut, tetapi media itu tidak menjelaskan lebih jauh.
Setelah 16 bulan Teheran dan Washington bernegosiasi secara tidak langsung, Borrell mengatakan pada 8 Agustus bahwa EU telah mengajukan tawaran final untuk mengatasi kebuntuan dalam upaya melanjutkan perjanjian tersebut.
Iran memerlukan jaminan yang lebih kuat dari Washington untuk melanjutkan kesepakatan nuklir 2015 itu, kata menteri luar negerinya, Rabu.
Dia menambahkan bahwa pengawas nuklir PBB harus menghentikan “penyelidikan bermotif politik” atas pengembangan nuklir Iran.
Di bawah pakta 2015 tersebut, Iran harus mengekang program nuklirnya sebagai syarat untuk mendapatkan keringanan sanksi dari AS, EU dan PBB.
Pada 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menarik negaranya keluar dari perjanjian itu karena dianggap “terlalu murah hati” kepada Teheran.
Dia mengenakan lagi sanksi AS kepada Iran, yang mendorong Teheran untuk melanjutkan aktivitas nuklir yang sebelumnya dilarang.
Situasi itu memicu kembali kekhawatiran AS, Eropa dan Israel bahwa Iran dapat mengembangkan senjata nuklir.
Iran membantah memiliki ambisi seperti itu.