Iran, pada Senin (12/6), mengatakan telah melanjutkan negosiasi tidak langsung dengan Amerika Serikat melalui Kesultanan Oman mengenai kesepakatan nuklirnya dan kemungkinan pertukaran tahanan.
Program nuklir Iran telah lama menjadi subjek pengawasan dari Barat, yang mengakibatkan sanksi yang melumpuhkan perekonomian negara itu.
Kesepakatan pada tahun 2015 memberikan keringanan sanksi yang sangat dibutuhkan oleh Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya sebelum akhirnya Amerika Serikat menarik diri secara sepihak dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018.
Dalam beberapa hari terakhir, kedua negara membantah laporan media bahwa kesepakatan sementara segera dicapai untuk menggantikan kesepakatan 2015.
“Kami menyambut upaya para pejabat Oman dan kami bertukar pesan dengan pihak lain melalui mediator ini” terkait pencabutan sanksi AS, kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Nasser Kanani pada Senin.
“Kami tidak pernah menghentikan proses diplomatik,” tambahnya dalam konferensi pers mingguannya, sambil menekankan bahwa pembicaraan itu “tidak bersifat rahasia.” Hubungan diplomatik antara Teheran dan Washington memburuk pada 1980 setelah revolusi Islam 1979 yang dipimpin oleh pemimpin tertinggi pertama Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 sejauh ini gagal membuahkan hasil.
Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei pada Minggu (11/6) menegaskan kembali bantahan atas tuduhan bahwa negaranya berusaha mengembangkan senjata nuklir.