Iran, Senin (22/8) menuduh AS melakukan penundaan dalam perundingan untuk kembali ke perjanjian yang membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi-sanksi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani menyebut apa yang ia katakan “sikap menunda-nunda AS” dalam merespons pernyataan Iran mengenai rancangan naskah yang diusulkan Uni Eropa.
AS dan Uni Eropa tengah mempelajari respons Iran sejak pekan lalu.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price memberitahu para wartawan Kamis lalu bahwa peninjauan masih “berlangsung.” AS mundur dari perjanjian yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) itu pada tahun 2018 ketika presiden AS saat itu, Donald Trump, mengatakan perjanjian tersebut terlalu menguntungkan Iran.
Iran menanggapi penarikan tersebut dan pemberlakuan sanksi-sanksi baru dengan membatalkan komitmennya yang ditetapkan berdasarkan perjanjian itu, termasuk dengan melewati batas jumlah uranium diperkaya yang dapat ditimbunnya dan memasang sentrifusa lebih canggih di lokasi-lokasi nuklirnya.
Sebuah pernyataan Gedung Putih menyebutkan Presiden Joe Biden mengadakan percakapan telepon hari Minggu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM Inggris Boris Johnson dan Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Para pemimpin itu “membahas negosiasi yang sedang berlangsung mengenai program nuklir Iran, perlunya memperkuat dukungan bagi mitra-mitra di kawasan Timur Tengah, dan bergabung bersama upaya-upaya untuk mencegah dan membatasi aktivitas Iran yang mendestabilisasi kawasan.”