Investor Tunggu Data Inflasi AS, Harga Emas Lanjutkan Koreksi

0
56

Harga emas turun pada hari Kamis (10/03/2022), setelah imbal hasil Obligasi AS naik sementara investor memilih aset berisiko di tengah penurunan harga minyak setelah Uni Emirat Arab mengatakan akan membantu meningkatkan produksi minyak, hal ini membuat emas batangan sebagai safe-haven kurang menarik.

Pada awal perdagangan pasar spot di sesi Asia, harga emas turun 0,8% pada $1.975,69 per troy ons, pada 08.13 WIB, setelah harga merosot 1%. Sementara Emas di bursa berjangka AS turun 0,5% menjadi $1.978,80. Saat awal perdagangan sesi Eropa, harga emas di pasar spot kembali turun 0,5% hingga ke $1.981,80 per troy ons pada 15:09 WIB. Sementara Emas di bursa berjangka AS turun 0,4% menjadi $1.980,90.

Pada perdagangan sebelumnya, harga emas bahkan turun sekitar 3%, tercatat sebagai penurunan harian terburuk sejak Januari 2021. Rekor ini sekaligus menghentikan reli emas yang sempat membawanya mendekati harga tertinggi sepanjang masa Agustus 2020 di $2088.

Imbal hasil Obligasi AS 10-tahun naik untuk ketiga hari berturut-turut pada hari Rabu karena kekhawatiran atas inflasi yang lebih lama menjelang laporan data ekonomi AS hari Kamis ini. Inflasi masih tetap tinggi, bahkan ketika harga minyak jatuh. Para Investor menunggu pembacaan inflasi terbaru pada hari Kamis dalam bentuk indeks harga konsumen Februari.

Sementara Federal Reserve AS dijadwalkan untuk mengumumkan pernyataan kebijakan berikutnya pada 16 Maret. Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, dimana ini akan menaikkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Sementara itu, harga komoditas minyak mentah terkoreksi sejak hari Rabu setelah reli ke posisi tertinggi multi-tahun karena pasar mencerna gangguan pasokan dari Rusia dan Ukraina, produsen utama energi, logam dan tanaman. Amerika Serikat telah meminta produsen minyak di seluruh dunia untuk meningkatkan produksi jika mereka bisa. UEA dan tetangganya, Arab Saudi, termasuk di antara sedikit anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan kapasitas cadangan yang dapat meningkatkan produksi.

Disisi lain, kabar rencana rencana pembicaraan diplomatik antara Rusia dan Ukraina meningkatkan selera risiko investor. Diyakini, bahwa masih ada banyak posisi beli dalam beberapa hari terakhir di luar sana yang masih tertekan. Dengan tidak ada berita utama Ukraina baru untuk peluang dinamis, dan dengan ekuitas menguat kuat di Asia, tekanan ke bawah pada harga emas dapat terus berlanjut di hari Kamis ini.

Para investor dianggap terburu-buru dalam memindahkan aset ke asset safe-haven karena krisis Ukraina dan telah menyebabkan reli pada harga emas, melonjak sekitar 8,5% dalam dua minggu terakhir. Hal ini membawa mereka lebih dekat ke harga tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada Agustus 2020 silam.

Risk appetite yang terjadi pada hari Kamis di sesi Asia, telah mendorong bursa Asia melonjak, mengikuti kenaikan Wall Street semalam karena pembicaraan diplomatik yang direncanakan antara Rusia dan Ukraina mendorong sentiment tersebut.

Namun demikian, mengingat bahwa Rusia merupakan salah satu produsen komoditas utama, sanksi Barat atas Moskow justu bisa mengintensifkan risiko stagflasi. Diyakini bahwa risiko geopolitik yang meningkat dan inflasi yang lebih tinggi akan mendukung harga emas. Kenaikan tajam pada minyak dan komoditas lainnya telah memicu kekhawatiran tentang goncangan lebih lanjut terhadap kenaikan inflasi dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.