JAVAFX – Harga emas berakhir positif 0,43% dalam perdagangan di hari Jumat (08/06/2019) setelah melonjak ke level tertinggi sejak April 2018. Dorongan kenaikan harga emas didapatkan dari data ekonomi AS yang mengkonfirmasi munculnya perlambatan dalam pasar tenaga kerja AS. Hal ini membuat Dolar AS terkoreksi tajam dan membuat investor melakukan aksi risk aversion dengan memilih emas.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pertumbuhan pekerjaan melambat tajam pada bulan Mei dan upah naik namun kurang dari yang diharapkan. Dampak dari perlambatan ini akan membuka jalan bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga rendah bahkan memangkasnya di tahun ini. Hal ini semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven. Angkanya bahkan lebih lemah dari yang diharapkan dan itu mendorong harga emas naik.
Para pedagang berjangka suku bunga jangka pendek AS menambahkan pertaruhan mereka bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga segera setelah Juli dan dua kali lagi sebelum akhir tahun. Suku bunga yang rendah meningkatkan harga emas dengan mengurangi biaya peluang untuk menyimpan logam ini dan dengan melemahkan dolar AS, yang tergelincir ke level terendah dalam 2½ bulan setelah rilis data pekerjaan AS tersebut.
Harga emas juga naik dengan mendapat manfaat dari ekskalasi kekhawatiran pasar bahwa perang dagang AS dengan Meksiko dan China bakal memperlambat ekonomi global. Pada hari Kamis, Gubernur Bank Sentral AS wilayah New York John Williams mengakui adanya dampak perang dagang dan kekhawatiran pertumbuhan global pada investasi bisnis.
Presiden Donald Trump pada hari Jumat terus mendorong rencananya untuk menerapkan tarif 5% pada impor barang dari Meksiko, saat kedua belah pihak memulai pembicaraan hari ketiga untuk mencapai kesepakatan untuk membendung sebagian besar aliran migran Amerika Tengah ke AS yang membuat gerah pemerintahan Trump.
Harga emas berakhir naik 2,68% di $1241,10 pada pekan lalu, tercatat sebagai kenaikan mingguan terbesar sejak April 2016. (WK)