JAVAFX – Kecenderungan Perdana Menteri Narendra Modi untuk membuat keputusan yang mengejutkan sudah banyak diketahuiorang India sebelumnya. Namun kali ini tidak ada yang mempersiapkan bangsa ini untuk langkahnya yang ingin menghapuskan otonomi Kashmir, setelah tujuh dekade, dalam sebuah diskusi rutin parlemen India.
Sebelumnya, telah ada sinyal perubahan sikap New Delhi ini. Kashmir merupakan wilayah otonom dengan mayoritas warganya adalah Muslim. Kawasan ini telah tegang selama lebih dari seminggu terakhir. Sebanyak 10.000 pasukan tambahan dikerahkan ke wilayah yang sudah sangat termiliterisasi tersebut. Bahkan para wisatawan dan peziarah yang mengunjungi Kuil Gua Dewa Hindu Siwa tiba-tiba diminta untuk pergi. Dua mantan menteri ditempatkan di bawah tahanan rumah beberapa jam sebelum pengumuman.
Telah lama kebijakan ini menjadi tujuan partai nasionalis Hindu yang berkuasa, yang menghantarkan Modi, dimana para analis mengatakan tawaran baru-baru ini dari Presiden AS Donald Trump untuk menengahi dalam perselisihan India-Pakistan – ditolak oleh India. Ini bisa mendorong Perdana Menteri untuk mempercepat keputusan Kashmir-nya.
Langkah ini telah meningkatkan citra Modi sebagai orang kuat dan mendefinisikan kembali batas-batas demokrasi India. Kebijakan ini juga menjadi dasar untuk memperdalam konflik dengan Pakistan – negara tetangga yang bersenjata nuklir telah berperang dua kali atas Kashmir dan keduanya mengklaim wilayah tersebut – dan dapat mengintensifkan perpecahan agama di seluruh India di mana kekerasan terhadap minoritas meningkat.
Pakistan sendiri telah meluncurkan diplomasi yang ofensif terhadap langkah India, dengan menyerukan kekuatan global untuk menjatuhkan sanksi bagi New Delhi.
Tidak ada yang tahu apa pendapat warga Kashmir tentang perubahan itu. Itu hanya akan muncul setelah pembatasan komunikasi dan gerakan di negara bergolak diangkat. (WK)