Dolar naik pada Kamis di sesi Asia karena inflasi AS mereda kurang dari yang diharapkan, menjaga Federal Reserve AS di jalur untuk mengetatkan kebijakan moneter secara agresif.
Indeks Dolar AS naik tipis 0,21% menjadi 104.080 setelah sempat turun dibawah 104.000 diawal sesi. Pasangan USD/JPY turun tipis 0,4% menjadi 129,50. Imbal hasil Treasury jangka panjang berkurang dari puncak multi-tahun di atas 3,2%, memberikan dukungan kepada yen. Sementara itu pasangan AUD/USD turun tipis 0,5% menjadi 0,6904 dan pasangan NZD/USD turun 0,46% menjadi 0,6270 sedangkan pasangan GBP/USD turun tipis 0,15% menjadi 1,2231.
Euro naik tipis 0,14% menjadi $ 1,0526. Mata uang tunggal mendapat dorongan karena Bank Sentral Eropa menguatkan ekspektasi bahwa mereka akan menaikkan suku bunga pada bulan Juli untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Indeks harga konsumen (CPI) AS kemarin dirilis melonjak 8,3% tahun-ke-tahun di bulan April. Sebelumnya mengharapkan pertumbuhan 8,1%, sementara pertumbuhan 8,5% tercatat di bulan Maret. Data menunjukkan bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya tetapi tetap mendekati level tertinggi 40 tahun. Data tidak mungkin menggagalkan rencana kebijakan moneter agresif Fed.
Investor mengharapkan setidaknya setengah persentase kenaikan pada masing-masing dari dua pertemuan Fed berikutnya, pada 15 Juni dan 27 Juli, menurut Alat FedWatch CME. “Cetak inflasi AS yang lebih kuat dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran atas perlunya Fed untuk mempercepat jalur pengetatan kebijakannya,” tulis ahli strategi mata uang senior National Australia Bank Rodrigo Catril dalam sebuah catatan.