IMF: Cina Dapat Menambah Stimulus Tetapi Harus Fokus Pada Reformasi

0
96

JAVAFX – Pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada hari Rabu (12/2) bahwa China memiliki ruang untuk mengambil langkah-langkah stimulus fiskal jika kondisi perekonomiannya melambat tetapi tidak boleh mengabaikan reformasi struktural dan langkah-langkah untuk mengatasi pertumbuhan kredit yang cepat.

Changyong Rhee, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, mengatakan sementara masih terlalu dini untuk menilai dampak wabah virus corona terhadap ekonomi Asia, dimana itu bisa menambah risiko pada prospek pertumbuhan kawasan.

“(Kami) tidak ingin menyangkal peristiwa ini pasti meningkatkan risiko penurunan. Terutama risiko penurunan akan besar bagi negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengan China,” katanya dalam konferensi pers di Tokyo.

Jumlah korban meninggal akibat dari terinfeksi virus corona di Provinsi Hubei, China melonjak hingga 1.107 jiwa pada hari Rabu (12/2) dengan jumlah orang yang terjangkit virus tersebut di China mencapai 33.366 orang dan angka kematian harian yang terus meningkat.

Kementerian Kesehatan China seperti dilansir AFP mencatat, jumlah korban yang meninggal dunia karena akibat terjangkit virus corona kini bertambah 94 mencapai 1.107 jiwa dan ada 1,638 kasus baru sehingga total menjadi 44,138 di seluruh dunia serta kasus kematian terbanyak pada 24 jam terakhir terjadi di Provinsi Hubei, China.

Jumlah orang yang meninggal di luar China akibat virus corona sampai saat ini berjumlah dua orang, yakni di Filipina dan Hong Kong.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan nama resmi baru untuk virus corona yakni Covid-19. Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, nama itu dipilih untuk menghindari stigma terhadap ras tertentu, lokasi geografis atau spesies hewan. Covid-19 merupakan singkatan dari ‘co’ yang merujuk pada virus corona, ‘vi’ yang merupakan sebutan untuk virus, dan ‘d’ yang berarti penyakit (disease).

Ini adalah kedua kalinya dalam dua minggu terakhir bahwa pihak berwenang mencatat penurunan harian dalam kasus baru, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan penyebaran kasus di luar China bisa menjadi “percikan yang menjadi api yang lebih besar”.

Ratusan perusahaan di China mengatakan mereka sangat membutuhkan pinjaman dengan jumlah miliaran dolar untuk tetap bertahan dalam beberapa waktu dan sistem PHK terhadap pegawai telah dimulai, meskipun ada jaminan oleh Presiden China Xi Jinping bahwa tidak akan ada pemecatan sehingga akan dapat dihindari.

Ditempat lainnya, Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O’Brien mengatakan pada hari Rabu (12/2) bahwa, wabah virus corona dapat mengurangi pembelian produk pertanian AS di China pada tahun 2020, kejadian ini di bawah kesepakatan perdagangan Fase 1 yang ditandatangani oleh negara-negara tersebut.

Robert O’Brien dalam sebuah acara di Dewan Atlantik menjelaskan”Kami berharap dalam kesepakatan perdagangan Fase 1 akan memungkinkan China untuk mengimpor lebih banyak makanan dan membuka pasar-pasar itu kepada para petani Amerika, tetapi tentu saja saat kami menyaksikan wabah corona ini terus berlangsung di China, hal itu dapat berdampak pada seberapa besar pembelian produk pertanian AS di China, setidaknya pada tahun ini.

Perjanjian perdagangan Fase 1, yang ditandatangani pada 15 Januari lalu, menyerukan bahwa China akan melakukan peningkatan dalam pembelian komoditas pertanian AS sebesar $40 miliar selama dua tahun ke depan.

“Cina memainkan peran penting dalam rantai pasokan global dan sebagai akibatnya virus corona bisa mengganggu kegiatan itu semua. Tidak ada keraguan bahwa virus tersebut dapat berdampak pada ekonomi Amerika Serikat dan juga pada ekonomi dunia,” jelasnya.