Pergeseran sikap Federal Reserve dari Dovish menjadi hawkish telah membangunkan dolar yang tengah tertidur pulas. Mata uang AS itu pun sontak ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan ini memicu ekspektasi bahwa pelonggaran posisi bearish dapat memicu lebih banyak kenaikan.
Dolar saat ini berada di jalur kenaikan persentase terbesar hari keduanya terhadap mata uang utama dalam 15 bulan terakhir pada hari Kamis. Greenback pun berdiri di level tertinggi sejak pertengahan April, sehari setelah bank sentral mengubah sikap atas kebijakan suku bunganya. The fed proyeksikan akan terjadi kenaikan menjadi 2023 lebih dari perkiraan guna menghadapi inflasi yang melonjak.
Perdagangan terhadap dolar menjadi perdagangan yang populer selama berbulan-bulan, karena sikap The Fed yang akan mempertahankan sikap ultra-dovishnya padahal inflasi yang meningkat sebabkan dolar AS terpuruk di level terendah hampir 3 tahun terakhir di awal tahun ini.
Pergeseran yang sedikit hawkish dalam pernyataan pada Rabu lalu tampaknya mengubah kalkulus itu. Prospek kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat dari perkiraan meningkatkan daya tarik dolar bagi investor yang mencari imbal hasil atas mata uang seperti euro dan yen. Baik Goldman Sachs dan Deutsche Bank, misalnya, setelah pertemuan Fed merekomendasikan investor menyudahi taruhan mereka pada kenaikan euro terhadap dolar.
Taruhan besar terhadap mata uang AS dapat mempercepat pergerakan saat ini jika ancaman kenaikan lebih banyak mendorong investor untuk membalikkan posisi bearish mereka. Taruhan bersih terhadap dolar di pasar berjangka mencapai hampir $18 miliar minggu lalu, tertinggi dalam tiga bulan terakhir, menurut data dari CFTC.
Karena posisi sentral dolar dalam sistem keuangan global, fluktuasinya cenderung bergejolak melalui berbagai aset. Penguatan dolar malah berpotensi membebani neraca perusahaan multinasional AS, membuatnya kurang menguntungkan bagi mereka untuk mengubah pendapatan asing kembali ke mata uang asal mereka.
Tapi, kenaikan greenback juga dapat membantu menjinakkan reli harga komoditas yang telah membantu meningkatkan inflasi tahun ini, karena banyak bahan mentah dihargai dalam dolar dan menjadi kurang terjangkau bagi investor asing ketika dolar menguat.
Namun, beberapa pelaku pasar mempertahankan pandangan bearish mereka pada dolar, mencatat bahwa kebijakan stimulus Fed, yang mencakup pembelian $120 miliar per bulan pada obligasi, masih berpengaruh. Bank sentral lain kemungkinan akan mengikuti jejak The Fed dalam menormalkan kebijakan moneter secara perlahan, yang berpotensi mempersempit kesenjangan suku bunga antara AS dan ekonomi lainnya.
Goldman Sachs percaya pemulihan global akan melemahkan dolar dalam jangka panjang, sementara sebuah laporan yang diterbitkan oleh Societe Generale pada hari Kamis menunjukkan target harga pada akhir tahun ini di sekitar level $1,27 untuk euro, dari $1,19 pada hari Kamis.