Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup terkoreksi, dipicu rencana pengetatan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed).
IHSG ditutup melemah 22,08 poin atau 0,33 persen ke posisi 6.591,98.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,85 poin atau 0,09 persen ke posisi 943,97.
“Indeks saham di Asia sore ini Rabu ditutup turun menyusul aksi jual, terutama pada saham sektor teknologi semalam di Wall Street serta lonjakan imbal hasil atau yield surat utang Pemerintah AS.
Investor merasa khawatir terhadap inflasi dan mempersiapkan diri menghadapi kebijakan moneter yang lebih ketat di AS,” tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta, Rabu.
Pasar saham global mengalami volatilitas yang tinggi sejak awal tahun ini dipicu oleh sikap tegas (hawkish) The Fed, gangguan ekonomi dari varian Omicron, serta tekanan pada profitabilitas korporasi akibat lonjakan harga atau inflasi.
Imbal hasil obligasi memaksa investor untuk berpikir lagi mengenai valuasi dari berbagai jenis aset.
Namun demikian investor masih memegang teguh harapan bahwa pemulihan ekonomi global masih berada di jalur yang benar seiring pembukaan kembali ekonomi di seluruh dunia dan surutnya rasa takut terhadap varian Omicron.
Pertanyaan yang paling mengganggu investor adalah apakah The Fed perlu memperketat kebijakan moneter untuk menjinakkan inflasi atau apakah perlambatan pertumbuhan ekonomi akan memberi ruang bagi bank-bank sentral di dunia untuk memperketat kebijakan moneter tanpa pendekatan yang agresif.
Dari sisi makroeknomi, investor mencerna rilis data inflasi (CPI) Inggris yang naik 5,4 persen (yoy) pada Desember, tertinggi sejak Maret 1992 dan lebih tinggi dibandingkan inflasi November 5,1 persen (yoy).
Investor juga memberi perhatian khusus pada pertemuan kebijakan bank sentral Inggris (Bank Of England) pada 3 Februari yang akan datang untuk mengetahui apakah para pembuat kebijakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan setelah kenaikan sebesar 15 bps menjadi 0,25 persen pada Desember 2021 lalu.
Dibuka melemah, IHSG terus bergerak di zona merah hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham.
Pada sesi kedua, IHSG masih tak mampu beranjak dari teritori negatif sampai penutupan bursa saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tujuh sektor terkoreksi dengan sektor barang baku turun paling dalam 0,94 persen, diikuti sektor perindustrian dan sektor keuangan masing-masing turun 0,82 persen dan 0,7 persen.
Sedangkan empat sektor meningkat dengan sektor energi naik paling tinggi 1,39 persen, diikuti sektor barang konsumen primer dan sektor properti & real estat masing-masing naik 0,49 persen dan 0,09 persen.
Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing di seluruh pasar yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing atau net foreign buy di seluruh pasar sebesar Rp157,87 miliar.
Sedangkan di pasar reguler tercatat aksi beli asing dengan jumlah beli bersih Rp143,16 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.337.342 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,25 miliar lembar saham senilai Rp12,07 triliun.
Sebanyak 230 saham naik, 290 saham menurun, dan 165 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei melemah 790,02 poin atau 2,8 persen ke 27.467,23, Indeks Hang Seng naik 15,07 poin atau 0,06 persen ke 24.127,85, dan Indeks Straits Times terkoreksi 3,9 atau 0,12 persen ke 3.283,94.