Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan bergerak menguat, jelang pidato Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam rangka penyampaian pengantar atau keterangan pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2022 beserta nota keuangan.
IHSG dibuka menguat 5,45 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.144,94.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 1,63 poin atau 0,19 persen ke posisi 853,01.
“Untuk hari ini, selain rilis data ekonomi China, investor juga akan menantikan rilis perhitungan awal data pertumbuhan ekonomi atau PDB kuartal II 2021 Jepang.
Dari dalam negeri, investor akan menyimak pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di depan Sidang Tahunan MPR untuk menyampaikan Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Fiskal 2022,” tulis Tim Riset Philip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Indeks saham di Asia pagi ini dibuka turun karena investor menantikan rilis data ekonomi Juli China (Retail sales, Industrial Production, Fixed Asset Investment) untuk mengukur seberapa besar dampak dari penyebaran varian delta COVID-19 pada pemulihan ekonomi dari pandemi.
Pada akhir pekan lalu, indeks saham utama di Wall Street ditutup beragam dengan DJIA dan S&P 500 kembali mencatatkan rekor penutupan tertinggi dan membukukan kenaikan mingguan selama dua minggu beruntun.
Pergerakan naik atau bullish indeks saham di AS, terutama S&P 500 di topang oleh kinerja emiten yang solid di mana 91 persen komponen dalam Indeks S&P 500 telah merilis laporan keuangan kuartal II 2021, dengan 87 persen dari jumlah itu berhasil mengalahkan estimasi analis.
Perkembangan yang kurang bagus datang dari sisi makro ekonomi di mana perhitungan awal data Consumer Sentiment Index oleh University of Michigan turun ke level 70,2 pada paruh pertama Agustus, terendah sejak 2011, dari perhitungan akhir 81,2 pada Juli.
Bahkan perhitungan awal untuk Agustus ini berada sedikit di bawah level 71,8 yang tercatat pada April 2020 atau awal-awal pandemi.
Hal itu adalah refleksi dari anjloknya tingkat kepercayaan konsumen pada awal Agustus akibat keraguan atas kelanjutan pemulihan ekonomi di tengah penyebaran varian Delta COVID-19.
Anjloknya sentimen konsumen mempercepat penurunan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS atau US Treasury.
Imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 6,7 bps menjadi 1,3 persen.
Sentimen negatif juga datang dari perkembangan geopolitik.
Di Afghanistan, milisi Taliban telah memasuki ibu kota Kabul, bersiap untuk mengambilalih penuh kekuasaan di negara itu dua dekade setelah mereka terusir oleh invasi militer AS.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain Indeks Nikkei melemah 465,8 poin atau 1,66 persen ke 27.511,35, Indeks Hang Seng turun 38,36 poin atau 0,15 persen ke 26.353,26, dan Indeks Straits Times terkoreksi 12,5 poin atau 0,4 persen ke 3.150,74.