Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tembus ke level 7.600 pada 2022 mendatang seiring dengan berlanjutnya program pemulihan ekonomi oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo serta masih tingginya harga komoditas yang dipercaya bisa mengerek pertumbuhan ekonomi domestik.
CEO Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim mengatakan seperti yang terjadi di banyak negara, sejumlah sektor bisnis dan industri terpukul akibat hantaman pandemi COVID-19.
Tetapi, Indonesia berhasil keluar dari jurang resesi setelah pada kuartal II 2021 ekonomi RI tumbuh sebesar 7,07 persen.
“Kendati pada kuartal III 2021 produk domestik bruto (PDB) melambat, yakni sebesar 3,51 persen, namun pertumbuhan yang masih positif tersebut menandakan ekonomi Indonesia cukup tangguh,” ujar Tae Yong Shim dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Hingga akhir 2021 sendiri, Head of Research Investment Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya memproyeksikan IHSG akan bertengger di kisaran 6.880.
Proyeksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan kinerja positif emiten yang terus berlanjut dan preferensi para pemodal asing yang menilai bahwa pasar saham negaranegara berkembang memiliki kinerja yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju.
Menurut Hariyanto, Indonesia masih akan mendapatkan berkah dari harga komoditas yang diproyeksikan tetap tinggi pada tahun depan.
Hal itu menyusul besarnya eksposur RI akan ekspor barang komoditas.
Momentum tersebut akan mengerek transaksi ekspor Indonesia secara keseluruhan yang pada akhirnya bisa mendorong ekonomi dan kinerja perusahaan tumbuh lebih tinggi.
“Secara historis, dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia akan meningkat ketika harga komoditas tinggi, seperti yang terjadi pada 2013-2014 dan 2020-2021.
Oleh karena itu, di tahun 2022 aliran dana asing diperkirakan akan terus masuk ke pasar saham domestik sejalan dengan masih tingginya harga komoditas,” ujar Hariyanto.
Salah satu komoditas yang akan menjadi primadona adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Komoditas tersebut dipercaya akan membawa dampak signifikan terhadap kinerja IHSG.
Terlebih, saat ini porsi kebun plasma atau kebun yang dimiliki oleh petani jumlahnya kian bertambah.
Tingginya harga CPO akan membuat daya beli petani meningkat.
Hariyanto memperkirakan para petani yang pada tahun ini cenderung menyimpan penghasilannya dalam bentuk tabungan akan membelanjakannya pada 2022 mendatang.
“Hal tersebut akan berkontribusi terhadap tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Hariyanto.
Sementara itu, isu global yang akan mendapat sorotan salah satunya adalah Bank Sentral AS The Fed yang diperkirakan akan mempercepat kebijakan tapering atau mengurangi pembelian obligasi di pasar dan menaikkan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi yang sudah melambung tinggi.
Hariyanto mengingatkan ketika The Fed memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan dan menurunkan nilai neraca ketika inflasi melejit pada 2015-2019 lalu, IHSG justru menguat ditopang saham-saham sektor perbankan.
“Menurut kami, dampak kebijakan normalisasi yang akan dilakukan The Fed nanti akan sangat terbatas,” ujar Hariyanto.