Hong Kong: Lockdown masih dipertimbangkan, penduduk tak perlu panik

0
53

Pemerintah Hong Kong meminta penduduk yang cemas dengan isu penguncian (lockdown) COVID-19 dan menyerbu supermarket minggu ini untuk tidak panik.

Setiap keputusan untuk memberlakukan lockdown akan mempertimbangkan status kota itu sebagai pusat keuangan global dan kebutuhan dasar seperti makanan, kata pemerintah lewat pernyataan, Selasa malam.

Pemerintah mengatakan masih merencanakan dan “memperbaiki” rincian untuk skema pengujian COVID massal wajib dan akan mengumumkan rincian itu setelah dikonfirmasi.

Pernyataan itu muncul di tengah kebingungan dan kekacauan yang meluas.

Banyak penduduk lelah dan frustrasi oleh pesan yang beragam dan penyesuaian aturan virus corona yang hampir setiap hari.

Pemimpin Carrie Lam sebelumnya mengatakan bahwa penguncian seluruh kota dan pengujian wajib tidak dipertimbangkan.

Namun Menteri Kesehatan Sophia Chan pada Senin mengatakan bahwa penguncian tidak dikesampingkan, sehingga memicu desas-desus dan aksi borong bahan makanan, produk farmasi, dan layanan perbankan.

Hong Kong telah berpegang teguh pada kebijakan virus corona “nol dinamis”, seperti di China daratan, yang berupaya mengekang semua wabah.

Beberapa pemimpin bisnis, pakar medis, dan diplomat mempertanyakan keberlanjutan kebijakan nol COVID itu saat kasus melonjak.

Pemerintah mengatakan akan “menjaga status Hong Kong sebagai pusat keuangan ketika menerapkan skema uji universal wajib (CUT)”.

“Pengalaman pelaksanaan inisiatif CUT di belahan dunia lain menunjukkan bahwa kebutuhan dasar warga seperti makanan, keperluan dan pencarian perawatan medis di luar rumah harus ditangani.” Warga tidak boleh “panik atau berebut atau menimbun persediaan yang relevan”, kata pemerintah.

Bekas koloni Inggris itu telah melaporkan lebih dari 230.000 infeksi virus corona dan lebih dari 800 kematian sejak pandemi dimulai pada 2020.

Sekitar 500 kematian telah dilaporkan dalam seminggu terakhir, sebagian besar di antaranya adalah penduduk yang tidak divaksin.

Infeksi yang dilaporkan setiap hari telah melonjak lebih dari 30 kali menjadi lebih dari 30.000 sejak awal Februari ketika ada sekitar 100 kasus harian.

Pakar kesehatan dari Universitas Hong Kong mengatakan ada sekitar 1,7 juta orang sudah terinfeksi pada Senin dan puncak infeksi harian dengan 183.000 kasus diperkirakan terjadi dalam minggu mendatang.