JAVAFX – Pada hari Kamis (13/2) terpantau pada sector property, harga perumahan di Inggris naik pada laju tercepat dalam hampir tiga tahun pada bulan Januari lalu, kenaikan tersebut mengangkat sentiment pasar ditengah kekhawatiran Brexit sebelum pemilihan pada bulan Desember kemarin.
Indeks harga rumah bulanan Royal Institution of Chartered Surveyors ‘(RICS) melonjak ke 17 poin pada bulan Januari 2020, jika dibandingkan pada Desember 2019 yang mana melemah 2 poin. Kenaikan tersebut merupakan angka tertinggi sejak Mei 2017 dan di atas semua perkiraan dari para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Pertumbuhan pada sektor perumahan didorong oleh perputaran di London dan Inggris tenggara, yang sebelumnya berkinerja buruk karena pajak pembelian properti yang lebih tinggi dan prospek Inggris yang akan meninggalkan Uni Eropa dengan cara yang tidak teratur.
Untuk pertama kalinya sejak Februari 2016, mayoritas analis mengatakan harga perumahan di London meroket tajam.
Kenaikan harga yang lebih luas diimbangi dengan peningkatan jumlah properti yang terdaftar untuk dijual, yang naik pada tingkat tercepat sejak Agustus 2013. Untuk tahun depan, akan ada ekspektasi kenaikan harga terluas sejak Januari 2016.
Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari dan sekarang berada dalam periode transisi yang tidak berubah sampai akhir tahun 2020, setelah itu perdagangan dengan UE akan menghadapi pemeriksaan perbatasan dan kemungkinan tarif juga.
Tetapi akhir dari ketidakpastian kapan Inggris akan meninggalkan Uni Eropa, dan risiko pergeseran tajam kebijakan pemerintah di bawah pimpinan Partai Buruh yang dikalahkan Jeremy Corbyn, telah mengangkat sentimen sejak pemilihan 12 Desember.
Pemberi pinjaman hipotek Halifax melaporkan kenaikan tahunan 4,1% dalam harga rumah di Januari, kenaikan terbesar sejak Februari 2018, dan Bank of England mengatakan pemberi pinjaman menyetujui hipotek paling baru sejak Juli 2017.
Pada akhir Januari, BoE mempertahankan suku bunga stabil karena melihat tanda-tanda kenaikan dalam pertumbuhan perekonomian.
