JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(6/11/2017), harga minyak WTI sempat bertengger di level $56 perbarel pada perdagangan sore hari awal pekan ini sebagai kelanjutan perdagangan sepanjang pekan lalu yang mengisyaratkan bahwa kekuatan OPEC dalam membatasi produksi minyaknya akan terus mendapatkan perlawanan dari peningkatan produksi minyak AS.
Sejauh ini, pasar kuatir dengan disparitas antara Brent dengan WTI naik lagi mendekati angka $7 perbarel sehingga seperti kita ketahui di minggu lalu seusai laporan EIA yang menyatakan bahwa eksplorasi produksi minyak mentah AS juga kembali meningkat 46 ribu bph menjadi 9,553 juta bph, tak jauh dari rekor produksi tertingginya di Juni 2015 dengan angka produksi 9,61 juta bph. EIA juga melaporkan bahwa ekspor berada rata-rata dalam 4 minggu terakhir sekitar 1,7 juta bph serta kapasitas terpasang produksi pengolahan minyak mentah AS naik 4,3% dibanding bulan sebelumnya.
Baker Hughes pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah kilang minyak AS mengalami pengurangan jumlah yang aktif sebanyak 8 buah rig sehingga menjadi 729, jumlah terkecil sejak Mei lalu. Sebagian besar kilang dinon-aktifkan karena masuk dalam masa pemeliharaan ketika masuk musim dingin.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,25 atau 0,45% di level $55,89 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,28 atau 0,4t% di harga $62,35 per barel.
Kabinet Arab Saudi telah dibersihkan oleh putera mahkota Mohammed bin Salman akhir pekan lalu dan nampaknya ini berita bagus bagi minyak sendiri, dimana putera mahkota MBS ini atau sebutan bagi Mohammed bin Salman sangat mendukung upaya OPEC untuk terus mengekang pasokan minyak dunia agar tidak kelebihan permintaan.
Pekan lalu, menteri minyak Arab Saudi Khalid al-Falih menyatakan bahwa Arab Saudi ingin memperpanjang waktu tersebut. Sedangkan menteri minyak Irak Jabbar al-Luaibi juga senada dengan al-Falih bahwa Irak setuju dengan perpanjangan waktu tersebut. Irak dan Arab Saudi mempunyai produksi setengah dari total anggota OPEC. Menteri minyak Kuwait Issam Almarzoog juga setuju dengan upaya perpanjangan waktu tersebut. Dan Sekjen OPEC Mohammad Barkindo menyatakan bahwa agenda di pertemuan evaluasi komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph di 30 November, dapat dipastikan akan membahas perpanjangan waktu komitmen tersebut hingga akhir 2018.
Dilaporkan juga bahwa tingkat kepatuhan pemangkasan produksi minyak OPEC dan 11 negara lainnya, meningkat dari 86% menjadi 92%, dan peningkatan kepatuhan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh konflik di Kurdi. Produksi OPEC turun 80 ribu bph menjadi 32,78 juta bph sedangkan produksi minyak Rusia masih 300 ribu bph dibawah target semestinya 11,247 juta bph.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNN Money