Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Rabu pagi, setelah data industri menunjukkan peningkatan besar dalam persediaan minyak mentah dan minyak sulingan di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar dunia dan karena tekanan meningkat pada OPEC untuk meningkatkan pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent turun 98 sen atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 83,74 dolar AS per barel pada pukul 00.34 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS anjlok 1,32 dolar AS atau 1,6 persen menjadi diperdagangkan di 82,59 dolar AS per barel.
“Minyak mentah lebih rendah karena tekanan meningkat pada OPEC untuk meningkatkan produksi.
Presiden AS Biden memimpin seruan dari negara-negara ekonomi utama agar kelompok itu meningkatkan produksi di luar apa yang telah disepakati,” kata analis dari ANZ dalam sebuah catatan pada Rabu.
Presiden Joe Biden, berbicara pada pertemuan puncak iklim di Glasgow, menyalahkan lonjakan harga minyak dan gas pada penolakan oleh negara-negara OPEC untuk memompa lebih banyak minyak mentah.
Stok minyak mentah dan bahan bakar sulingan AS naik minggu lalu sementara bensin turun, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (2/11/2021).
Stok minyak mentah naik 3,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 29 Oktober.
Persediaan bensin turun 552.000 barel dan stok sulingan naik 573.000 barel, data menunjukkan, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah telah meningkat minggu lalu.
Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA), cabang statistik Departemen Energi AS, akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Sebagai tanda bahwa harga tinggi mendorong lebih banyak pasokan di tempat lain, BP mengatakan pada Selasa (2/11/2021) bahwa pihaknya akan meningkatkan investasi dalam bisnis minyak dan gas serpih AS menjadi 1,5 miliar dolar AS pada tahun 2022 dari 1 miliar dolar AS tahun ini.