JAVAFX – Harga minyak mentah di bursa berjangka AS berakhir lebih rendah di hari Kamis (15/08/2019) untuk sesi kedua berturut-turut. Dorongan turun disebabkan oleh naiknya ketegangan perdagangan AS – Cina. Hal ini semakin memberi tekanan akan perlambatan ekonomi global yang dapat membebani permintaan akan minyak mentah dunia.
Memang pasar minyak diperdagangkan berdasarkan ketakutan, karena data ekonomi yang lemah di luar negeri menunjukkan bahwa permintaan minyak bisa melambat. Namun, angka saat ini menunjukkan bahwa perlambatan mungkin terlalu dibesar-besarkan. Mengingat saat ini lebih banyak stimulus ekonomi, dimana ada potensi kenaikan harga lebih lanjut. Jangan panic, tetap cari peluang.
Dengan latar belakang itu, harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman bulan September turun 76 sen, atau 1,4%, menetap di $ 54,47 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga sempat diperdagangkan ke posisi terendah di $ 53,77. A.S. Sementara harga minyak WTI dalam perdagangan sebelumnya turun sebesar 3,3% pada hari Rabu. Harga minyak mentah Brent turun $ 1,25, atau 2,1%, menjadi $ 58,23 per barel di ICE Futures Europe.
Harga jatuh karena China mengatakan akan mengambil “tindakan pencegahan yang diperlukan” jika AS. tetap melaksanakan rencana kenaikan tarif 10% untuk tambahan barang-barang dari Cina mulai 1 September. Penurunan agak gencar setelah juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan Beijing masih mencari harapan untuk solusi yang dapat diterima bersama untuk konflik perdagangan.
Risiko resesi memang tetap menjadi fokus dimana pasar tidak yakin bahwa penundaan tarif oleh Presiden Donald Trump awal pekan ini telah secara material mengubah situasi perdagangan, sementara berita utama tentang inversi imbal hasil obligasi sekarang merupakan uang receh saja.
Pembalikan imbal hasil Obligasi AS, dengan imbal hasil pada obligasi tenor 10-tahun turun di bawah imbal hasil obligasi dengan tenor 2-tahun, memberikan kontribusi pada perdagangan di pasar saham, dimana Indek Dow Jones membukukan penurunan persentase satu hari terbesarnya atau 2019. Sebuah inversi tersebut dipandang sebagai sinyal resesi potensial, meskipun ada lag. Fenomena ini memperkuat kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi global di tengah data suram dari China dan Eropa. Alhasil aksi jual terjadi, termasuk pada komoditas minyak.
Ketakutan akan resesi global sedang terpampang di setiap outlet pemberitaan, menambah tekanan pada harga minyak. Para pialang mengharapkan minyak WTI bisa melakukan konsolidasi antara $ 55 – $ 50 per barel. Harga itu akan mengacu pada perkembangan berita dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terkait masalah pemangkasan produksi lebih lanjut.
Jatuhnya harga minyak mentah dalam perdagangan di hari Rabu juga disebabkan oleh laporan dari Lembaga Informasi Energi AS yang melaporkan adanya kenaikan pasokan minyak mentah secara mingguan untuk kedua kalinya berturut-turut. Dengan kenaikan pasokan minyak sebesar naik 1,6 juta barel dalam sepekan yang berakhir 9 Agustus. (WK)