Harga Minyak Tetap Menguat Ditengah Kondisi Timur Tengah Yang Hiruk-pikuk

0
111

JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(17/10/2017), harga minyak tetap menguat ditengah kondisi TimurTengah yang hiruk-pikuk pada perdagangan sore hari ini dimana potensi rally masih terlihat dengan dukungan dari makin besarnya impor minyak dari China dan sanksi AS terhadap Iran serta perangnya Kurdi dengan Irak.

Iran sebagai produsen minyak OPEC terbesar kedua setelah Arab Saudi nampaknya akan mengalami pembatasan produksinya sekitar 1 juta bph kembali setelah Presiden Trump menolak untuk menandatangani pengesahan bahwa Teheran mematuhi kesepakatan nuklir meski badan penilai menyatakan bahwa Iran telah mematuhi segala perintah PBB tersebut. Setidaknya dalam kurun waktu 60 hari kedepan, produksi minyak Iran tertahan sekitar 1 juta bph.

Selain itu, pasca referendum Kurdi yang ingin melepaskan diri dari Irak dan mendapatkan tentangan keras dari Irak dan Turki, situasi di Kirkuk yang merupakan kota minyak di wilayah Kurdi sedang memanas seiring dengan pengiriman pasukan militer Baghdad ke wilayah tersebut sehingga dikuatirkan sekitar 550 ribu bph hingga 600 ribu bph distribusi minyak dari daerah tersebut bisa terganggu.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,28 atau 0,54% di level $52,15 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,34 atau 0,59% di harga $58,16 per barel.

Impor minyak mentah China sangat kuat yang dan September lalu meningkat menjadi 9 juta bph. Diperkirakan akhir bulan ini impor minyak China masih diatas 9 juta bph. Seperti kita ketahui China sedang memperkuat dirinya dan menjadi pengimpor terbesar didunia. Dan impor ini juga dipengaruhi dengan konsumsi energi yang terus tumbuh di China. Untuk menjaga ketersediaan minyaknya, China telah berencana untuk membeli 5% saham Saudi Aramco, dimana produsen minyak terbesar didunia tersebut akan melakukan penawaran publik bagi sahamnya dalam waktu dekat ini.

Sejak 2015 lalu, China telah menghabiskan sekitar $24 milyar untuk membangun fasilitas cadangan minyaknya dan sekarang mempunyai daya tampung sekitar 850 juta barel minyak, demikian ungkap IEA. Dan awal pekan lalu, Gubernur bank sentral China Zhou Xiouchuan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi China di tahun ini akan meningkat diatas 7%, sehingga berarti konsumsi energinya akan terus tumbuh lebih besar.

Produksi minyak AS sendiri akan mengecil seperti yang akan disampaikan esok hari oleh API dan malamnya oleh EIA.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: ABC News