JAVAFX – Harga minyak tetap dalam tekanan jual pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini setelah investor melihat produksi minyak AS akan meningkat di saat jumlah kilang minyak AS bertambah yang aktifnya.
Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak yang diaktifkan menjadi 11 buah sehingga total kilang yang aktif sebanyak 844 buah, terbesar sejak Mei 2015 lalu. Ini juga sebagai pertanda bahwa produksi minyak AS akan lebih besar dari 10,7 juta bph seperti laporan EIA pekan sebelumnya. Tentunya ini membuat investor berpikir untuk melakukan aksi ambil untungnya setelah harga minyak meningkat tajam dalam beberapa pekan ini.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,23 atau 0,33% di level $70,47 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,40 atau 0,52% di harga $76,72 per barel.
Sebelumnya harga minyak diinginkan investor untuk naik tajam karena keputusan Presiden Trump tentang Iran. Presiden Trump telah mengumumkan bahwa AS telah keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan dalam waktu 180 hari ke depan, jika Iran dan AS tidak bisa menyepakati sesuatu yang baru, maka embargo Iran akan berlaku kembali. Embargo tersebut berupa pembatasan ekspor minyak Iran dan sekaligus pelarangan kegiatan jasa keuangan dengan Iran.
Sejauh ini pihak Rusia, Perancis, Jerman dan Inggris belum keluar dari kesepakatan nuklir tersebut, sehingga mereka masih bisa melakukan impor minyak dari Iran. Bahkan Jerman sendiri masih akan terus melindungi perusahaan-perusahaannya yang sedang berinvestasi di Iran. Begitu juga Total, perusahaan minyak asal Perancis sejauh ini masih bertahan di Iran.
Sebelumnya banyak pihak melihat bahwa embargo minyak Iran akan segera terjadi di mana produksi minyak Iran akan turun 500 ribu bph sebelum proses embargo di awal tahun depan sebesar 1 juta bph. Produksi minyak Iran pulih sejak 2016 setelah perjanjian tersebut berlaku, dan bulan lalu produksi minyak Iran mencapai puncaknya sekitar 2,6 juta bph karena permintaan konsumen China dan India yang meningkat. Konsumen utama minyak asal Iran adalah negara-negara di Asia. Hal ini membuat Iran menjadi negara produsen minyak asal OPEC yang terbesar ketiga di belakang Arab Saudi dan Irak.
Sejauh ini pula, bila memang embargo AS turun, maka China akan mengisi kekosongan investasi minyak di Iran, sehingga diperkirakan pasokan minyak dari Iran masih akan tetap stabil. Inilah yang membuat harga terkoreksi.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC