JAVAFX – Harga minyak tetap bergerak positif pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini sebagai bentuk aksi buyback setelah API menyatakan bahwa persediaan minyak AS diperkirakan mengalami penurunan.
American Petroleum Institute tadi pagi menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu mengalami penurunan sebesar 1 juta barel menjadi total 428 juta barel. Investor melihat potensi konsumsi minyak di AS masih cukup tinggi di tengah produksi minyak AS yang juga ikut meninggi. Investor masih menahan sisi beli lebih lanjut di mana mereka sedang menantikan data persediaan minyak pemerintah AS versi resmi yang akan dirilis oleh EIA nanti malam.
Penguatan minyak kali ini didukung oleh mulai menurunnya produksi minyak OPEC, kekhawatiran akan adanya sanksi baru bagi Iran dan rendahnya produksi minyak Venezuela akibat dari krisis ekonomi.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,60 atau 0,90% di level $67,12 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $058 atau 0,81% di harga $72,16 per barel.
Pekan ini OPEC melaporkan bahwa produksi kartel dari OPEC di bulan Maret lalu mengalami penurunan sebesar 200 ribu bph menjadi 31,96 juta bph. Produksi minyak Arab Saudi mengalami penurunan sebesar 47 ribu bph menjadi 9,934 juta bph. Namun kenaikan harga minyak juga tidak terlalu besar karena masih dipengaruhi oleh naiknya jumlah kilang minyak AS di pekan lalu, sebanyak 7 kilang yang diaktifkan lagi sehingga total yang aktif berjumlah 815 kilang, sebuah jumlah tertinggi sejak Maret 2015.
Artinya bahwa produksi minyak AS akan naik lagi di pekan ini. OPEC sendiri memperkirakan bahwa produksi bulan ini akan naik 1,5 juta bph, naik 40 ribu bph dibanding bulan lalu. Sepanjang tahun ini, sebanyak 73 kilang minyak AS sudah diaktifkan kembali oleh produsen-produsen minyaknya sebagai bentuk pemanfaatan naiknya harga minyak.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC