JAVAFX – Berita minyak di hari Rabu(28/2/2018), harga minyak tetap bergerak negatif pada perdagangan minyak jelang sore hari ini karena investor melihat dolar AS masih menguat karena testimoni Powell serta masih memburuknya aktivitas ekonomi China dan Jepang membuat permintaan minyak bisa berkurang.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,27 atau 0,43% di level $62,74 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara melemah $0,22 atau 0,33% di harga $66,41 per barel.
Menguatnya dolar AS terjadi di perdagangan hari ini setelah investor melakukan aksi beli kembali di pasar ekuitas AS jelang penutupan perdagangan bulanan dengan pengaruh dari testimoni Powell yang bernada hawkish. Penguatan dolar AS itu berarti impor minyak dunia akan terlihat lebih mahal sisi belinya sebagai konsekuensi bersamaan dengan naiknya nilai dolar AS, sehingga investor minyak langsung menahan untuk melakukan pembelian minyaknya secara besar.
Sedikit memburuknya harga minyak sedikit terganggu oleh laporan Baker Hughes bahwa jumlah rig AS bertambah 1 yang aktif sehingga total menjadi 799 rig yang aktif, jumlah tertinggi sejak 2 April 2015. Namun penambahan hanya 1 tersebut menandakan bahwa produksi minyak AS kenaikannya tidak akan signifikan karena jarak harga antara WTI dan Brent atau biasa dikenal dengan sebutan disparitas harga WTI dan Brent makin menipis, sekitar $4 per barel, turun dari $7 per barel ke atas pada akhir tahun 2017 lalu.
Sebelum pernyataan Powell keluar, harga minyak sudah mulai tertekan setelah International Energy Agency melalui presidennya, Fatih Birol menyatakan bahwa produksi minyak AS pada 2019 akan menjadi yang terbesar melewati produksi minyak Rusia. Itu berarti produksi minyak AS pada 2019 akan lebih dari 11 juta bph.
Pekan lalu saja produksi minyak AS mencapai 10,27 juta bph, dan angka tersebut juga sudah melewati produksi minyak Arab Saudi, di mana menurut Arab Saudi sendiri pada bulan Maret akan menurunkan produksi minyak lagi sekaligus menurunkan jumlah ekspor minyaknya tidak sampai 7 juta bph.
Pernyataan Birol tersebut membuat pasar minyak bergejolak, khawatir dengan pasokan minyak yang akan berlimpah lagi. Ditambah oleh pernyataan Powell yang membuat dolar AS menguat tajam, bertambah pula koreksi minyak yang hampir 2% tersebut jelang data persediaan minyak AS keluar nanti malam dan bertepatan dengan perdagangan akhir bulan alias tutup kontrak bulanan.
Bertahannya harga minyak di level tinggi berkat pernyataan Menteri Minyak Arab Saudi, Khalid al-Falih yang berkata bahwa pertumbuhan antara pasokan minyak dunia akan segera diimbangi dengan naiknya permintaannya karena pertumbuhan ekonomi global yang juga sedang melaju, sehingga dalam tahun ini keseimbangan pasar minyak dunia akan segera tercapai dan bahkan bisa mengalami defiisit di akhir tahun, sehingga tahun depan upaya terhadap oembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph juga sudah bisa dikurangi.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC