Harga Minyak Terus Tunjukkan Supremasinya

0
130

JAVAFX – Harga minyak terus tunjukkan supremasinya pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini setelah investor melihat potensi pasokan minyak dunia akan mulai mengetat diiringi permintaan konsumsi yang juga terus tinggi.

Harga Brent terus menujukkan angka yang fantastis dan segera bertengger di $80 per barel dalam waktu dekat. Goldman Sachs sendiri memperkirakan bahwa harga minyak jenis Brent di akhir tahun ini bisa mencapai angka $90 per barel. Kondisi ini disebabkan oleh kondisi ganda di mana pasokan minyak dari Iran dan Venezuela akan terus turun, diiringi pula produksi OPEC yang masih terus terbatas hingga akhir tahun ini.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,11 atau 0,15% di level $71,60 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,23 atau 0,29% di harga $79,53 per barel.

Sejak tahun 2014, angka tersebut memang tidak pernah terlihat dan sudah naik lebih dari 70% di mana kenaikan ini membuat negara-negara konsumen minyak Asia harus merogoh belanja yang lebih besar sekitar $1 trilyun per tahunnya, 2 kali lipat dari pada belanja tahun 2015/2016 lalu.

Namun harga minyak WTI tidak terlalu besar penguatannya sehingga hal ini telah membuat spread atau jarak harga antara minyak WTI dengan Brent masih melebar lebih sekitar $8 per barelnya, terbesar sejak Desember tahun silam dan ANZ menyatakan bahwa minyak Brent akan segera berada di atas level $80 per barelnya.

Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak yang diaktifkan menjadi 11 buah sehingga total kilang yang aktif sebanyak 844 buah, terbesar sejak Mei 2015 lalu. Ini juga sebagai pertanda bahwa produksi minyak AS akan lebih besar dari 10,74 juta bph seperti laporan EIA pekan sebelumnya. Tentunya ini berarti bahwa produksi minyak AS masih akan naik di pekan depan.

Sejauh ini produksi minyak AS sudah naik 27% dibanding 2 tahun lalu, namun Energy Information Administration menyatakan semalam bahwa persediaan minyak pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 1,4 juta barel, padahal memperkirakan akan ada kenaikan persediaan sebesar 763 ribu barel. Kondisi ini tentu membuat investor akan berebut mendapatkan minyak.

Sebelumnya harga minyak sedikit alami hambatan setelah International Energy Agency menyatakan bahwa diperkirakan tahun depan pertumbuhan permintaan minyak akan mengalami penurunan dari 1,5 juta bph menjadi 1,4 juta bph dan rata-rata permintaan minyak dunia masih stabil di angka 99,2 juta bph untuk tahun depan.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC