Harga Minyak Tertahan Kenaikannya

0
101

JAVAFX– Harga minyak tertahan kenaikannya pada perdagangan minyak jelang sore hari ini sebagai bentuk kekhawatiran sebagian besar produsen minyak dunia setelah melihat produksi minyak AS yang terus meningkat dan bisa menggagalkan usaha pengurangan pasokan minyak dunia oleh OPEC dan Rusia.

Masalah perang dagang yang sedang melanda antara AS dengan China juga membawa berkah bagi harga minyak, di mana mata uang AS, dolar AS mengalami pelemahannya. Dengan melemahnya dolar AS, maka nilai beli minyak akan lebih murah daripada ketika dolar AS sedang menguat. Namun sayangnya, sisi produksi industri yang terancam melemah akibat perang dagang tersebut, telah menimbulkan sentimen bahwa konsumsi energi juga akan ikut menurun.

Mulai lunturnya ketegangan perang dagang AS-China di sela-sela perundingan di bawah meja antara AS dengan China, membuat ketegangan tersebut tampaknya sudah mulai mencair, sehingga harga minyak sendiri sedikit tertahan kenaikannya. Kekhawatiran tensi geopolitik di Timur Tengah, baik sanksi AS terhadap Iran maupun perang Arab Saudi melawan Yaman, masih membuat investor minyak yakin bahwa minyak masih akan positif di tengah takutnya pasokan yang bisa terganggu.

Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,03 atau 0,05% di level $65,58 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,05 atau 0,07% di harga $70,07 per barel.

Energy Information Administration pekan lalu menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 2,6 juta barel di pekan lalu, dan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap konsumsi minyak masih cukup besar meskipun musim dingin di belahan Utara bumi sudah mulai berakhir. Hal ini merupakan sebuah kejutan bagi pedagang minyak dunia di kala produksi minyak AS sudah melewati angka 10,4 juta bph, menandakan bahwa konsumsi energi di AS masih cukup tinggi meski musim dingin sudah mulai terlewatkan.

Apalagi akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak AS telah bertambah 4 buah yang diaktifkan kembali sehingga total kilang minyak atau rig yang aktif berjumlah 804 buah, sehingga dapat dipastikan juga bahwa produksi minyak AS akan bertambah lagi di pekan ini.

Kondisi ini membuat Menteri Minyak Arab Saudi Khalid al-Falih menginginkan bahwa OPEC bersama Rusia dan negara produsen lainnya non-OPEC untuk segera bertemu untuk membahas perpanjangan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph, yang sebelumnya berlaku hingga akhir tahun ini untuk diperpanjang sepanjang tahun 2019 nanti. Sejauh ini, pihak Irak pun sangat setuju untuk memperpanjang komitmen pembatasan pasokan minyak tersebut hingga tahun depan.

Keresahan al-Falih ini memang mempunyai alasan yang besar karena produksi minyak AS sudah melampaui produksi minyak Arab Saudi sendiri dan diprediksi bahwa produksi minyak Rusia juga akan kalah besar dengan produksi minyak AS di tahun depan. Diperkirakan bahwa dalam 2 tahun mendatang, produksi minyak AS bisa mencapai diatas 11 juta bph, atau mendekati angka produksi minyak Rusia.

Penulis: Adhi Sunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC