JAVAFX – Berita komoditas di hari Kamis(19/10/2017), harga minyak terpeleset lindung nilai yang marak terjadi pada perdagangan sore hari ini dimana potensi harga minyak Brent yang mendekati angka $60 perbarel selalu mengakibatkan produsen dan investor minyak mengambil langkah pengamanan terhadap investasinya.
Resiko geopolitik yang menghadirkan gejolak harga tersebut membuat analis dari ING memperkirakan bahwa harga Brent diakhir tahun ini akan berkisar di harga $52 perbarel, naik dari $ 45 perbarel. Sejauh ini pula pasar ingin agar harga minyak Brent juga untuk tidak melewati $60 perbarelnya karena demi menghindari dampak lindung nilai bagi produsen minyak AS.
Kondisi kota Kirkuk yang masuk wilayah Kurdi telah berhasil direbut oleh pasukan pemerintah Irak dan ini membuat distribusi minyak 600 ribu bph ke jaringan pipa Turki juga akan kembali normal dan tentunya gangguan pasokan minyak dunia juga akan berangsur-angsur normal kembali.
Selain itu kondisi Iran masih juga belum normal pasca penolakan Trump terhadap izin kepatuhan Iran mengenai pengembangan nuklirnya. Butuh waktu 60 hari kedepan sanksi baru Iran baru selesai dan selama itu, produksi minyak Iran akan tertahan sekitar 1 juta bph.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,78 atau 1,50% di level $51,26 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,78 atau 1,34% di harga $57,37 per barel.
Sedikit penahan jatuhnya harga minyak yaitu laporan dari Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami penurunan lagi sebesar 5,7 juta barel menjadi total 456,49 juta barel, sedangkan persediaan bensin dan solar mengalami kenaikan sebesar 908 ribu barel dan minyak destilasi atau minyak suling mengalami kenaikan persediaan sebesar 528 ribu barel. Kenaikan persediaan bensin dan solar tersebut menandakan bahwa aktivitas berkendara mulai berkurang, diiringi pula mulai berkurangnya aktivitas eksplorasi minyak suling AS yang kebanyakan sedang melakukan pemeliharaan kilang minyaknya.
EIA juga menyatakan bahwa produksi pengolahan mengalami penurunan 4,7% menjadi sekitar 84,5% dari kapasitas normalnya sehingga ini merupakan produksi terendah sejak 2011. Sedangkan produksi minyak mentah AS turun 11% menjadi 8,4 juta bph, terendah sejak Juni 2014 lalu.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Financial Times