JAVAFX – Harga Minyak mentah AS turun dipengaruhi data ekonomi baik dari AS dan China sekaligus. Kedua data terkini tersebut menambah daftar kekhawatiran investor akan pertumbuhan ekonomi global. Pun demikian, secara mingguan harga mengalami kenaikan.
Dalam perdagangan di bursa berjangka komoditi, harga minyak berjangka berakhir lebih rendah pada perdagangan hari Jumat (08/03). Sentimen pemberat bagi kenaikan harga adalah laporan ketenagakerjaan AS yang suram dan data perdagangan dari China. Dua data ini memperkuat kekhawatiran pasar akan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi dimasa depan.
Ditengah tekanan, harga minyak mentah mampu mengupas banyak kerugian yang sebelumnya diderita untuk mencetak keuntungan untuk minggu ini. Sejumlah penurunan produksi mingguan untuk ketiga berturut-turut di sumur pengeboran minyak AS menunjukkan potensi penurunan produksi dalam negeri. Produksi AS kini mencapai rekor 12,1 juta barel per hari pada pekan lalu. Dilaporkan bahwa jumlah sumur AS yang aktif turun sembilan buah menjadi 834 sumur dalam minggu ini, menurut data dari Baker Hughes yang dirilis akhir pekan tersebut.
Dengan latar belakang itu, harga minyak mentah West Intermediate untuk kontrak pengiriman bulan April turun 59 sen, atau 1%, ke $ 56,07 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga sebelumnya telah turun ke level $ 54,52. Dalam catatan mingguan, harga naik 0,5%. Sementara harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman bulan Mei turun 56 sen, atau 0,8%, menjadi $ 65,74 per barel di ICE Futures Europe, tetapi masih mampu mencatat kenaikan mingguan sebesar 1%.
Secara keseluruhan, harga minyak mentah masih sangat terkait dengan sentimen ekonomi yang lebih luas. Bank Sentral Eropa pada hari Kamis memangkas perkiraan 2019 untuk pertumbuhan produk domestik bruto menjadi 1,1% dari 1,7% sebelumnya dan awal pekan ini, China menurunkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi antara 6% – 6,5%. Sebagaimana kabar bahwa estimasi pertumbuhan ekonomi Eropa dan dunia oleh bank sentral Eropa dan estimasi konsensus terus menguji keberlanjutan pasar bull multi-tahun saat ini.
Bursa saham AS turun pada perdagangan hari Jumat, memicu sentimen risk-off. Data ekonomi AS mengungkapkan hanya ada 20.000 pekerjaan baru bulan lalu. Ini merupakan kenaikan terkecil sejak September 2017.
Bursa saham Asia juga mengalami penurunan tajam setelah China melaporkan bahwa ekspor mereka turun. Bahkan angkanya jauh lebih besar dari yang diharapkan sebesar 20,7% pada bulan Februari, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data-data ekonomi yang lemah ini meningkatkan kekhawatiran perlambatan permintaan energi dimasa depan.
Sementara itu, Kementerian Keuangan Norwegia mengatakan pada hari Jumat bahwa dana kekayaan negara sebesar satu triliun dolar negara akan digunakan untuk menurunkan saham perusahaan energi yang terlibat dalam eksplorasi dan produksi minyak dan gas dari portofolionya.
Berita itu mungkin menjadi sentiment bearish untuk pasar untuk saat ini, tetapi pemotongan investasi sebenarnya bisa menjadi sentiment bullish dalam jangka panjang karena akan mengurangi pasokan di masa depan.
Sehari sebelumnya, harga minyak berakhir lebih tinggi, didukung oleh data ekonomi dihari Rabu yang menunjukkan kenaikan besar dalam stok minyak mentah domestic. Disisi lain muncul data yang mengimbangi penurunan yang jauh lebih besar dari perkiraan dalam persediaan bensin. Pasokan pasar minyak dipasok dengan baik sementara permintaan sedang goyah.
Produksi minyak mentah global akan mendapat suntikan kembali ketika produksi Libya baru saja kembali online. Negara itu membuka kembali ladang minyak terbesarnya minggu ini, setelah penutupannya pada bulan Desember, dan Rusia juga tidak terburu-buru untuk memotong produksi dan menghindari kehilangan pangsa pasarnya.
Dengan kata lain saat ini banyak minyak mentah di luar sana, sementara kondisi ekonomi global sedang goyah. Terkiat dengan penawaran-permintaan, sebagaimana tercermin dalam kurva harga, dimana harga minyak WTI dalam posisi contango. Posisi contango adalah ketika harga untuk pengiriman di masa depan naik atau lebih tinggi di atas harga pasar spot. Dengan kondisi yang demikian ini akan mendorong para pialang untuk menyimpan minyak.
Sementara itu, survei dari S&P Global Platts Kamis menunjukkan produksi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada bulan Februari turun ke level terendah selama hampir empat tahun terakhir ini. OPEC dan sekutunya menerapkan pengurangan output sejak awal tahun ini. Para Menteri dalam Komisi Pengawasan Bersama, yang memantau kepatuhan terhadap pengurangan tersebut, dijadwalkan bertemu di Azerbaijan pada 18 Maret ini.
Dengan kombinasi pemotongan OPEC-plus, pembatasan dalam produksi Kanada dan penurunan lebih lanjut terkait sanksi dalam ekspor Iran harus cukup untuk mendorong persediaan OECD kembali di bawah rata-rata 5 tahun. Faktanya, pasar bisa sangat ketat di awal 2019 dan kurva ke depan bisa dengan sangat baik bergeser ke belakang, dengan merujuk pada kondisi di mana harga minyak spot diperdagangkan di atas harga berjangka.
Pun demikian, pertumbuhan produksi A.S. akan kembali pada paruh kedua tahun ini dimana kapasitas pipa tambahan telah dipasang. Ini berarti bahwa pada awal 2020 pasar bisa bergerak kembali pada posisi kelebihan pasokan. (WK)