JAVAFX – Harga minyak tergelincir kembali atau mengalami tekanan lagi pada perdagangan semalam dipicu sanksi ke Venezuela yang hampir tidak ada dan pelepasan investasi lindung nilai minyak.
Perdagangan kemarin sepertinya akan mengakhiri sesi penguatannya sebelumnya dan sebetulnya masih menjadi tanda tanya besar bagi investor karena seperti kita ketahui bahwa sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan hampir 5% sejak awal tahun.
Faktor kuatirnya harga minyak yang naik beberapa hari lalu, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup melemah $0,66 atau 1,33% di level $48,93 per barel.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup melemah $0,41 atau 0,78% di harga $51,95 per barel.
Tiada kepastian fundamental yang membuat harga minyak tertekan semalam, namun menurut sumber dari Bloomberg, bahwa seorang investor minyak terkemuka, Andy Hall telah melepas investasi lindung nilainya karena harga minyak beberapa waktu lalu naik begitu cepat sehingga kehilangan keuntungan sekitar 30%.
Faktor sanksi yang tidak terlalu besar kepada Venezuela dari AS juga menjadi salah satu penyebab harga minyak turun.
Venezuela sebagai anggota OPEC dengan kapasitas produksi minyak 2 juta barel perhari tidak jadi dijatuhkan sanksi larangan impor minyak Venezuela oleh AS akibat gejolak politik Presiden Nicolas Maduro, sehingga gejolak akan terganggunya suplai minyak dunia tidak akan terjadi.
Sebelumnya harga minyak didukung oleh laporan Energy Information Administration bahwa stok minyak AS turun lagi dan merupakan penurunan 5 minggu berturut-turut. Stok minggu lalu turun 1,5 juta barel atau diatas perkiraan pasar 3,1 juta barel.
Persediaan minyak bahan bakar turun 2,5 juta barel atau diatas perkiraan pasar 500 ribu barel sedangkan minyak suling mengalami penurunan 150 ribu barel.
EIA juga menyatakan kapasitas terpasang bagi penyimpanan hasil suling mengalami kenaikan 95,4% atau sedikit diatas perkiraan 94,1%, sedangkan hasil penyulingan sendiri mengalami kenaikan 123 ribu barel perhari menjadi 17,4 juta barel perhari.
Ini menandakan bahwa ekspor minyak AS juga meninggi.
Sejauh ini investor juga sedang galau disebabkan oleh tingginya produksi minyak OPEC di bulan lalu, dimana menurut Reuters bahwa produksi minyak OPEC bulan Juli naik 90 ribu barel perhari, sedangkan menurut Bloomberg bahwa produksi dan pengapalan minyak OPEC naik 210 ribu barel perhari.
Dimana kenaikan produksi tersebut didorong oleh produksi minyak Libya yang melonjak hampir 900 ribu barel perhari.
Faktor persaingan antara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 11 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengkalkulasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan 7-9 Agustus di Abu Dhabi.
Investor nampaknya masih menantikan evaluasi OPEC tersebut diatas, dimana produksi minyak OPEC telah mengalami peningkatan 200 ribu barel pada bulan lalu dan hanya 78% komitmen pemangkasan produksi 1,2 juta barel perhari dari anggota OPEC baru terlaksana.
Sebelumnya Ekuador juga mulai keberatan dengan pemangkasan produksi ini karena pendapatan nasionalnya mengalami penurunan yang cukup besar sehingga beban anggaran pemerintahnya makin berat.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: oil and gas people