JAVAFX – Harga minyak tatap sisi positif kembali alias menguat lagi pada perdagangan semalam, terbantu dengan masih mengecilnya persediaan minyak pemerintah AS dan akan rebalancingnya minyak dunia dalam waktu dekat.
Data persediaan minyak pemerintah AS menurut EIA mengalami penurunan kembali di minggu lalu.
Energy Information Administration menyatakan bahwa stok minyak turun 7,2 juta barel, persediaan bahan bakar juga turun 1,9 juta barel dan minyak destilasi persediaannya turun 453 ribu barel. Ini merupakan penurunan 4 minggu berturut-turut.
EIA juga mencatat bahwa produksi minyak AS sedikit menurun 19 ribu barel perhari menjadi total 9,41 juta barel perhari.
Beberapa pihak masih tetap kuatir dengan membaiknya harga minyak tersebut, dimana kebiasaan dari pihak AS bahwa bila harga naik maka produksi minyak AS akan makin meninggi, terbukti dengan pernyataan EIA tadi malam, bahwa penurunan persediaan tersebut hanya karena pengurangan impor minyak AS disertai dengan peningkatan ekspor minyak AS ke beberapa wilayah seperti ke Amerika Latin, Asia dan Eropa.
Faktor berkurangnya persediaan minyak AS, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup menguat $0,40 atau 0,82% di level $49,15 per barel.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup menguat $0,63 atau 1,24% di harga $51,60 per barel.
Harga tersebut merupakan level tertinggi dalam 2 bulan ini.
Muncul beberapa pernyataan bahwa situasi komitmen OPEC pada rapat di Rusia yang terakhir membuat investor berkeyakinan bahwa sekitar 2022 nanti keseimbangan antara permintaan dan penawaran bagi minyak akan tercipta sehingga harga minyak akan cenderung lebih tenang.
Sebetulnya penguatan semalam juga masih didukung dari hasil pertemuan menteri-menteri anggota OPEC dan non-OPEC yang ikut serta dalam komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari di St Petersburg Rusia.
Pertemuan JMMC tersebut menghasilkan komitmen baru bahwa Arab Saudi bersedia mengurangi ekspor minyaknya menjadi 6,6 juta barel perhari atau lebih rendah 1 juta barel perhari mulai pengiriman bulan Agustus nanti dan kebersediaan Nigeria yang kali ini ikut serta dalam pertemuan tersebut, juga telah bersedia untuk membatasi produksi minyaknya tidak lebih dari 1,8 juta barel perhari.
Sedangkan menurut sumber OPEC bahwa produksi minyak Nigeria di bulan lalu sekitar 1,64 juta barel perhari.
Sayangnya keinginan pembatasan tersebut belum dapat dilaksanakan karena produksi minyak Nigeria tergelincir 180 ribu barel perhari dan memaksa Shell memperbaiki pipa yang bocor.
Jejak Nigeria juga diikuti oleh Libya, dimana OPEC telah memberikan keringanan bila produksi minyak Libya belum mencapai 1,4 hingga 1,6 juta barel perhari dan stabil dalam 90 hari, maka Libya tetap dibebaskan dalam komitmen pemangkasan 1,8 juta barel perhari tersebut.
Sejauh ini, produksi minyak Libya telah mencapai 1,02 juta barel perhari.
Selain itu, kondisi produksi Venezuela sebesar 2 juta barel perhari nampaknya akan terganggu setelah terjadinya mogok nasional selama 2 hari menuntut presiden Nicola Meduro untuk mundur dan segera melakukan pemilu lagi.
Pihak AS sendiri telah menunda membayarkan milyaran dolar untuk impor minyaknya dari Venezuela.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: Linkedin (.com)