JAVAFX – Harga minyak tatap pelemahannya pada awal perdagangan minggu ini seakan mengindikasikan kekuatiran investor terhadap rapat minyak OPEC di Abu Dhabi yang dimulai hari ini.
Pada perdagangan bursa komoditi dari pagi hingga sore hari ini, minyak masih bergerak sedang-sedang saja dan terkesan melemah sebagai bentuk aksi ambil untung sesaatnya pasca akhir pekan lalu yang berhasil ditutup menguat didorong oleh bagusnya data tenaga kerja AS.
Faktor menantikan rapat OPEC tersebut, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,65 atau 1,31% di level $48,93 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,71 atau 1,35% di harga $51,71 per barel.
Pelemahan harga minyak datang dari hasil survei Thomson Reuters Eikon bahwa bulan Juli ini pengiriman minyak OPEC mencapai titik tertinggi 2017 yaitu 26,11 juta barel perhari menandai kenaikan ekspor harian sebesar 370 ribu barel perhari, dimana sekitar 260 ribu barel berasal dari minyak produksi Nigeria.
Hasil survei National Bank of Australia, kemungkinan besar minyak Brent di akhir kuartal tahun ini berada di level $53 perbarel. Sedangkan Barclays memperkirakan di akhir tahun minyak Brent bisa $54 perbarel, ini didukung oleh makin tingginya permintaan minyak bahan bakar AS di bulan lalu dan ternyata suplai minyak global di bulan lalu mengalami defisif 500 ribu barel perhari. Meski lebih tinggi target harganya, namun situasi taking profit kemungkinan besar akkan muncul ketika sudah mendekati target harga tersebut.
Selain itu hasil survei dari BMI bahwa perusahaan-perusahaan minyak raksasa semacam BP, Royal Dutch Shell, Chevron, Exxon Mobil dan Total telah berhasil memiliki tehnologi yang efisien sehingga ketika harga minyak di area $40 perbarel maka mereka masih mendapatkan keuntungan usaha. Namun target harga yang rendah ini tidak berlaku bagi produksi minyak lepas pantai yang mempunyai biaya produksi lebih tinggi.
Sebelumnya Goldman Sachs menyatakan bahwa harga minyak seharusnya sekarang berada di titik $50 perbarel agar industri minyak tidak mengalami kesulitan keuangan di kemudian hari. Maka dari itu begitu harga minyak menyentuh level tersebut maka sisi aksi ambil untung akan segera terjadi.
Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sebetulnya masih menurun kurang dari 3% sejak awal tahun. Hal ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan selanjutnya di Abu Dhabi.
Pertemuan evaluasi anggota OPEC tersebut akan dilakukan mulai hari ini di Abu Dhabi Uni Emirat Arab karena pihak OPEC melihat produksi minyaknya di bulan lalu naik 200 ribu barel perhari dan kepatuhan pemangkasan produksi minyak 1,2 juta barel perhari masih di angka 78% saja.
Masih tingginya produksi minyak OPEC serta kepatuhan anggota untuk memangkas produksi minyaknya merupakan target pembicaraan 2 hari tersebut. Bila terjadi hal yang baik maka harga minyak akan naik mengikuti perkembangan produksi minyak Aas yang nampaknya akan stagnan produksinya di bulan ini.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: The Japan Times