JAVAFX – Harga minyak tatap pelemahannya pada perdagangan hingga sore ini melanjutkan tekanan harga minyak di akhir pekan lalu yang mengalami tekanan harga yang cukup dalam setelah produksi minyak AS yang cukup besar.
Pekan lalu Energy Information Administration melaporkan bahwa produksi minyak AS mengalami kenaikan 88 ribu barel perhari menjadi total 9,338 juta barel perhari. Sejauh ini produksi minyak AS seminggu lalu naik 1%, dan total sudah mencapai 10% dalam 6 bulan perjalanan tahun ini. Laporan produksi inilah yang membuat harga minyak global di baca dengan negatif mengingat pasokan atau suplai yang masih tinggi.
Baker Hughes di laporan minggu lalu menyatakan bahwa sebanyak 7 rig atau kilang minyak lepas pantai AS kembali diaktifkan sehingga total sebanyak 763 rig kembali aktif sejak tahun lalu.
Tingginya produksi minyak AS yang masih naik membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,18 atau 0,41% di level $44,22 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,21 atau 0,45% di harga $46,67 per barel.
Sepertinya Rusia beranggapan bahwa produksi minyak AS yang tinggi akan menjadi kenyataan bahwa komitmen pemangkasan OPEC tersebut akan sia-sia, apalagi ekspor minyak OPEC sendiri di Juni lalu menjadi 25,92 juta barel perhari atau naik 450 ribu barel perhari dari bulan sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi 1,92 juta barel perhari dibanding tahun lalu, demikian ungkap Thomson Reuters tadi pagi.
Belakangan OPEC akan mengundang Libya dan Nigeria untuk ikut serta dalam pertemuan 24 Juli nanti di Rusia dalam pembahasan masalah komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel. Namun Nigeria sangat keberatan untuk diikutsertakan dalam masalah pemangkasan tersebut karena masih terjadi kendala keamanan dan politik yang masih dilanda perang saudara.
Seperti kita ketahui bahwa produksi minyak Nigeria hingga sekarang mencapai 1,6 juta barel perhari, atau naik 200 ribu barel perhari sejak Oktober tahun lalu. Libya juga akan diikutsertakan dalam pemangkasan produksi minyak OPEC demi perbaikan harga minyak dunia. Libya sendiri mempunyai besaran produksi sebesar 1 juta barel perhari atau sudah naik 400 ribu barel perhari sejak perhitungan dari Oktober tahun lalu.
Menurut Morgan Stanley sendiri telah memperingatkan investor minyak dunia, bahwa kondisi harga minyak diantara $45 hingga $50 perbarel sendiri merupakan peringatan keras bagi OPEC dan produsen minyak dunia lainnya termasuk AS. Pendapat Morgan Stanley tadi mempunyai kesimpulan bila harga sulit bergerak naik, maka OPEC harus lebih memperbesar kuota pemangkasan produksi minyaknya, dan hal ini kemungkinan besar juga akan diikuti produksi minyak AS yang juga ikut menurun.
Dalam renungan bulanannya, BNP Paribas menyatakan bahwa produksi minyak AS harus segera diimbangi oleh komitmen yang lebih besar dark OPEC dan Rusia untuk memangkas lebih besar produksi serta menahan ekspornya. Perbankan asal Perancis tersebut memperkirakan harga minyak WTI di tahun ini bisa mencapai angka $49 perbarel atau turun dari sebelumnya $47 perbarel, dan minyak Brent di $51 atau mengalami penurunan dari perkiraan sebelumnya $62 perbarel.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: maritime connector