JAVAFX– Harga minyak sejenak ke Selatan pada perdagangan minyak jelang sore hari ini sebagai bentuk aksi jual kembali setelah semalam mengalami penguatan harga yang terjadi setelah produksi minyak OPEC yang turun dan mengimbangi dari naiknya produksi minyak Rusia di bulan lalu.
Produksi minyak Rusia di bulan lalu dilaporkan sebesar 10,97 juta bph, mengalami kenaikan dari 11 bulan sebelumnya yang bertahan di angka produksi 10,95 juta bph. Rusia seperti kita ketahui telah ikut berkomitmen menjaga pasokan minyak dunia sejak awal 2017 hingga sekarang di mana bersama OPEC dan 10 negara produsen minyak dunia non-OPEC telah sepakat untuk mengurangi pasokan minyak sebesar 1,8 juta bph.
Sejauh ini, investor makin khawatir terhadap komitmen pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph akan ternoda akibat naiknya produksi minyak Rusia tersebut. Beruntung bahwa produksi minyak OPEC di Maret lalu dilaporkan mengalami penurunan sebesar 170 ribu bph menjadi 32,04 juta bph, sedikit diatas produksi terendah OPEC di April tahun lalu yang mencapai 31,9 juta bph. Penurunan produksi minyak OPEC ini lebih banyak berasal dari Venezuela di mana produksinya turun sebesar 100 ribu bph menjadi 1,51 juta bph, jauh di bawah produksi normalnya sebesar 2 juta bph.
Ada inisiatif dari Arab Saudi untuk meredam agar harga minyak tidak terjun bebas dengan menyatakan bahwa harga jual minyak produksi minyak Arab Saudi ke pasar Asia akan diturunkan demi menjaga jumlah penjualan minyaknya. Situasi ini digunakan untuk meredam mulai turunnya niat beli konsumen Asia karena sejak akhir tahun lalu harga minyak naik dengan melesat cepat.
Penurunan harga dari segala jenis minyak produksi Arab Saudi ini merupakan perwujudan untuk mengejar harga minyak Dubai yang memang terkenal lebih murah.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,19 atau 0,30% di level $63,32 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,22 atau 0,32% di harga $67,90 per barel.
Kondisi dolar AS yang sedikit menguat di perdagangan kali ini memang akan selalu mendukung bagi sisi harga minyak untuk negatif, di mana daya beli pedagang minyak ketika dolar AS menguat akan lebih rendah, sehingga harga minyak terlihat lebih mahal daripada ketika dolar AS menguat seperti semalam.
American Petroleum Institute atau API menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS pekan lalu mengalami penurunan sebesar 3,3 juta barel dan persediaan bahan balar naik 1,1 juta barel. Investor menunggu data persediaan minyak AS versi pemerintah yang akan dirilis EIA nanti malam.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC