Harga Minyak Perpanjang Tren Kenaikannya

0
83
Taken with sony a7 II

JAVAFX – Harga minyak naik dalam lima hari berturut-turut pada perdagangan hari Senin (18/02). Kenaikan ditopang keyakinan investor bahwa pengurangan pasokan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bisa mencegah penumpukan stok minyak. Pun demikian, ada kekhawatiran melemahnya kondisi ekonomi China bisa menahan laju kenaikan harga saat ini.

Hingga penutupan perdagangan, harga minyak berjangka Brent naik USD 16 sen menjadi USD 66,41 per barel usai menyentuh level tertinggi 2019 USD 66,83 pada hari sebelumnya. Sementara harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate naik USD 47 sen menjadi USD 56,04 per barel.

Sepanjang tahun ini, harga telah naik hampir 25 persen dan berada di jalur kinerja kuartal pertama terkuat sejak 2011. Dorongan kenaikan sebagian besar berkat komitmen OPEC dan sekutunya yang akan memangkas produksi mereka.

Penyulingan di seluruh dunia juga harus membayar lebih untuk mengamankan pasokan minyak jenis medium atau berat yang diproduksi oleh Iran dan Venezuela, sebab kedua negara tersebut berada di bawah sanksi AS.

Disisi lain, penguatan pasar saham sedikit mereda setelah data yang menunjukkan penurunan penjualan mobil di China pada bulan Januari. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perekonomian China memang sedang dirundung masalah. Akibatnya, sentimen negatif ini menular di pasar minyak. Meski sejumlah analis masih yakin bahwa tren secara keseluruhan tetap meyakinkan untuk naik saat ini.

Sentimen pasar memang masih diwarnai dengan sejumlah isu seperti kebijakan-kebijakan Donald Trump, masalah Brexit, hingga perundingan dagang AS – China yang tidak terduga dan kemungkinan berbagai sanksi pada Libya atau produksi Venezuela.

Disisi lain, sentiment yang juga bisa menghambat kenaikan harga minyak lebih lanjut adalah kenaikan produksi minyak AS kembali. Dalam laporan terkini, sejumlah perusahaan energi AS apada minggu lalu menambah 3 rig menjadi 857 rig untuk mencari pasokan minyak baru, kata Baker Hughes.

Investor dituntut waspada dengan kemungkinan aksi ambil untung. Pasalnya, kenaikan harga saat ini juga dianggap berlebihan. Ada potensi koreksi dari pertumbuhan harga sejauh ini. Fakta bahwa produksi minyak mentah AS yang meningkat secara signifikan, menjadi sumber potensi pembalikan arah pasar. (WK)