Harga Minyak Naik Tipis, Investor Menunggu Data Ekonomi

0
79
offshore rig in twilight

JAVAFX – Harga minyak naik tipis pada hari Senin (17/02/2020) karena investor bersiap untuk data ekonomi di Asia yang akan dirilis minggu ini yang seharusnya memberikan bacaan tentang bagaimana epidemi coronavirus China telah mempengaruhi permintaan minyak.

Harga minyak mentah Brent berada di $ 56,99 per barel, turun 33 sen setelah naik 5,2% minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September 2019. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 13 sen menjadi $ 51,92 per barel, setelah kenaikan 3,4% minggu lalu.

Keuntungan mingguan, yang pertama sejak awal Januari, didorong oleh harapan bahwa langkah-langkah stimulus yang diambil oleh China untuk mendukung ekonominya di tengah wabah koronavirus dapat menyebabkan pemulihan permintaan minyak di negara pengimpor terbesar di dunia.

Tetapi Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan virus itu menyebabkan permintaan minyak turun 435.000 barel per hari (bph) pada kuartal pertama dari periode yang sama tahun lalu. Ini akan menjadi penurunan kuartal pertama sejak krisis keuangan pada tahun 2009.

Pun demikian, memang terlalu dini untuk mulai menilai dampak ekonomi jangka panjang dari epidemi Corona ini. Dalam jangka pendek, perhatian akan lebih ditujukan pada sejumlah data ekonomi, seperti angka PMI manufaktur untuk bulan Februari di Asia. Perhatian ini lebih penting karena lewat data ini akan memberikan indikasi awal tentang seberapa signifikan virus mempengaruhi rantai pasokan manufaktur global. Memang diperkirakan angkanya akan melemah, namun jika ternyata lebih baik dari perkiraan, maka harga komoditas akan naik.

Investor juga mengantisipasi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, akan menyetujui proposal untuk memperdalam pengurangan produksi dalam upaya memperketat pasokan global dan mendukung harga minyak. OPEC +, memiliki perjanjian untuk memangkas produksi minyak sebesar 2,1 juta barel per hari hingga akhir Maret.

Komite teknis telah merekomendasikan kelompok tersebut mengurangi produksi hingga 600.000 barel per hari lainnya karena dampak dari coronavirus pada permintaan minyak China. Sementara Rusia, menghadapi meningkatnya pasokan kelebihan minyak, sehingga berpeluang mendukung pengurangan produksi lebih lanjut.