Harga Minyak Naik, Tertinggi Di Bulan Maret

0
169

JAVAFX – Harga Minyak mentah dalam perdagangan awal minggu ini, Senin (11/03) berakhir dengan penyelesaian tertinggi sepanjang bulan Maret ini. Kenaikan harga mendapat sokongan dari laporan bahwa Arab Saudi akan memperluas upaya pemangkasan ekspor minyak mentahnya.

Untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate dengan kontrak pengiriman bulan April, berakhir naik 72 sen, atau 1,3%, ke harga $ 56,79 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah harga naik 0,5% minggu lalu. Harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan Mei naik 84 sen, atau 1,3%, menjadi $ 66,58 per barel di ICE Futures Europe, setelah kontrak mencatat kenaikan mingguan 1% pada hari Jumat. Kedua harga minyak ini dalam catatan bulanan berakhir dengan kenaikan hingga ke level tertinggi dalam bulan ini sejauh ini.

Arab Saudi mempertegas langkah untuk memangkas produksi hingga ekspor minyak mentahnya. Sebagaimana dikatakan Menteri Perminyakan bahwa Arab Saudi berencana untuk memangkas ekspor minyaknya di bawah 7 juta barel per hari, sambil menjaga produksinya “jauh di bawah” 10 juta barel per hari, dalam upaya untuk mengurangi kelebihan pasokan.  Menteri Khalid al-Falih mengatakan kepada Reuters di hari Minggu, bahwa terlalu dini untuk mengubah pakta pembatasan produksi yang disetujui oleh OPEC dan sekutunya, mencakup Rusia dan sejumlah produsen utama lainnya, sebelum bulan Juni.

Komite Pemantau Bersama Gabungan, atau JMMC, yang memantau kepatuhan terhadap pengurangan produksi ini dijadwalkan akan bertemu di Azerbaijan pada 18 Maret. Sementara pertemuan OPEC akan diadakan pada 17-18 April, dikabarkan pula bahwa mereka akan bertemu lagi pada akhir Juni untuk meninjau langkah ini.

“Kami akan melihat apa yang terjadi pada bulan April, jika ada gangguan yang tidak terduga di tempat lain, tetapi jika tidak, saya pikir kami hanya akan menendang kaleng maju,” kata Falih. Sejauh ini, Arab Saudi, selaku pemimpin de facto OPEC, telah memikul sebagian besar beban pemangkasan produksi untuk mendorong harga minyak mentah.

Disisi lain, Venezuela salah satu anggota OPEC juga mengabarkan tengah memproses penutupan kilang produksi minyak mentah sebagai akibat dari pemadaman listrik mulai hari Kamis, hingga berita ini dikabarkan pada Senin (11/03). Venezuela adalah rumah bagi cadangan minyak terbukti terbesar di dunia, tetapi menurut laporan  produksi tahunan yang dirilis Senin dari Badan Energi Internasional, produksi minyak mentah negara itu diperkirakan turun dari 1,3 juta barel per hari pada 2018 menjadi 750.000 barel per hari pada 2019 ketika AS sanksi terhadap Venezuela tetap berlaku.

Berita itu muncul setelah rig pengeboran AS yang aktif turun sebanyak sembilan hingga total 83 buah pada minggu lalu, menurut data dari Baker Hughes sebagaimana dilaporkan pada hari Jumat. Data ini menyiratkan perlambatan dalam aktivitas produksi dalam negeri.

Sementara itu, dari paparan data proyeksi produksi minyak tahunan dari IEA mengindikasikan bahwa anggota OPEC, termasuk Rusia, telah efektif dalam mengurangi produksi global. Data ini mengkonfirmasi sebuah jajak pendapat pada minggu lalu dari S&P Global Platts menunjukkan produksi OPEC pada bulan Februari turun ke level terendah hampir empat tahun.

Namun, laporan IEA meramalkan datangnya revolusi dari minyak serpih kedua ala AS akan datang. Hal ini menurut mereka berpotensi membawa kenaikan pasokan minyak. Dimana pertumbuhan ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam industri minyak dan gas AS, akan hadir di tahun-tahun mendatang. Konsekuensinya adalah harga minyak mentah akan terbebani.

Disisi lain, data angkatan kerja AS pada Jumat kemarin sedikit banyak juga mempengaruhi penurunan harga minyak mentah. Jumlah lapangan kerja yang tercipta sepanjang bulan Februari, lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya. Gangguan pertumbuhan ekonomi AS dianggap bisa berdampak pada turunnya permintaan akan minyak yang dikonsumsi masyarakat AS.

Pada perdagangan selanjutnya, harga minyak mentah AS diperkirakan akan dikisaran $ 50-an setidaknya, namun jika volatilitas terus menyala dan muncul kekhawatiran pertumbuhan, maka akan sulit bagi harga minyak bertahan diatas $ 50. (WK)