Harga minyak naik pada hari Jumat (26/08/2022) di tengah tanda-tanda membaiknya permintaan bahan bakar. Kenaikan ini terlihat dibatasi oleh sikap menunggu pelaku pasar dari agenda pidato Ketua Federal Reserve pada acara Simposium Ekonomi di Jackson Hole, Wyoming. Pasar menantikan isyarat dari prospek kenaikan suku bunga Fed dalam pidato tersebut.
Sejauh ini, harga minyak mentah Brent di bursa berjangka naik 46 sen, atau 0,5%, menjadi $99,80 per barel pada 19:51 WIB. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di bursa berjangka juga naik 48 sen, atau 0,5%, menjadi $93,00 per barel. Keduanya mengakhiri perdagangan sebelumnya dengan turun sekitar $2.
Meskipun ada ketidakpastian atas laju kenaikan suku bunga di Amerika Serikat untuk mengatasi inflasi yang melonjak, kekhawatiran pasar tentang kehancuran permintaan minyak sedikit mereda dalam minggu ini. Hal ini membuat kedua harga minyak mentah yang menjadi acuan ini di jalur untuk kenaikan sekitar 3% dalam sepekan.
Sejumlah pernyataan yang disampaikan oleh eksekutif Bank Sentral AS menjelang pidato Ketua Jerome Powell pada hari ini telah mengaburkan latar belakang ekonomi. Namun demikian, sinyal permintaan yang kuat justru muncul, menunjuk pada data yang mendorong pertumbuhan lalu lintas. Data Indeks Kemacetan terbaru dari TomTom menunjukkan tingkat lalu lintas di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara semuanya membukukan pertumbuhan mingguan yang kuat dalam seminggu hingga 24 Agustus. Bahkan menurut data Baidu, tingkat kemacetan di China juga pulih.
Seiring dengan sikap kehati-hatian pelaku pasar sediri dalam mengantisipasi pidato Powell, prospek minyak mentah Iran yang diperkirakan akan kembali ke pasar global juga membatasi kenaikan harga lebih lanjut. Dalam perkembangan terkini, Teheran sedang meninjau tanggapan Washington terhadap tawaran akhir yang dirancang Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir, dengan UE mengharapkan tanggapan segera, meskipun tidak jelas seberapa cepat ekspor minyak Iran akan dilanjutkan bahkan jika kesepakatan tercapai.
Jika sanksi terhadap Iran dicabut, setidaknya dibutuhkan sekitar satu setengah tahun untuk mencapai kapasitas penuhnya sebesar 4 juta barel per hari, naik 1,4 juta barel per hari dari produksinya saat ini. Dengan proyeksi yang demikian, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya justru mempertimbangkan untuk membatasi produksi guna mengimbangi kenaikan dari produksi Iran, sebagaimana disampaikan oleh Menteri Energi Arab Saudi yang secara defacto adalah ketua OPEC.