Harga Minyak Naik Oleh Keputusan Sanksi AS Ke Venezuela

0
82
Oil rig on the sea with approaching tanker ship.

JAVAFX – Harga minyak mentah berakhir lebih tinggi pada perdagangan hari Selasa (29/01). Dorongan kenaikan berasal dari keputusan Departemen Keuangan AS yang menjatuhkan sanksi pada perusahaan minyak milik negara Venezuela, Petróleos de Venezuela SA.

Pada perdagangan sebelumnya, harga telah turun ke posisi terendah dalam dua minggu di hari Senin. Ini sekaligus tercatat sebagai penurunan terdalam di tahun ini, sebelum mulai berbalik setelah perdagangan berakhir.

Departemen Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan minyak Venezuela. Hal ini meningkatkan risiko gangguan terhadap pasokan minyak dari negara Amerika Selatan, yang merupakan rumah bagi cadangan minyak terbesar di dunia. Perusahaan minyak Venezuela ini juga dikenal sebagai PdVSA,

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Maret naik $ 1,32, atau 2,5%, ke $ 53,31 per barel. Kontrak telah turun 3,2%, berakhir di $ 51,99 pada bursa New York Mercantile Exchange (NYMEX). Sementara harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman bulan Maret ditutup naik $ 1,39, atau 2,3%, ke $ 61,32 per barel. Harga juga telah 2,8% ke $ 59,93 di ICE Futures Europe.

Harga berakhir dengan menutup sebagian besar kerugian dari sesi sebelumnya, ketika kontrak WTI dan Brent berakhir Senin pada level terendah sejak 14 Januari, menurut data FactSet.

Tindakan AS kepada Venezuela ini berdampak pada pasar-global. Sanksi itu akan memberikan pukulan yang berarti bagi arus kas pemerintah Maduro, tetapi efeknya tidak akan sekeras yang diperkirakan Amerika Serikat. Dimana sanksi tersebut hanya akan menimbulkan kerugian sekitar $ 11 miliar bagi arus ekspor Venezuela pada tahun berikutnya, tetapi angka bisa jadi akan jauh lebih rendah. Pasalnya, Venezuela tentu akan mengalihkan minyak ke negara lain dan dijual dengan harga lebih murah. Bagi negara-negara seperti Cina dan India, kabar kemarin tentu mirip dengan cerita Black Monday. Dimana mereka akan dapat membeli minyak dalam volume dan diskon harga besar dan diskon besar.

Sementara “Presiden sementara” Juan Guaido, menjadi tantangan terbesar bagi Nicolás Maduro selama bertahun-tahun. Guaido telah mendesak militer untuk membelot, dengan menjanjikan amnesti.

Disisi lain, ketegangan dalam perang dagang AS – China terus berlanjut. Bahkan mengancam pada perdagangan energi, sehingga menambah khawatir akan datangnya perlambatan permintaan energi.

China memicu proses hukum kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk melakukan dengar pendapat terhadap tarif AS yang dikenakan pada $ 234 miliar barang, demikian menurut laporan dari Reuters minggu ini. Ketegangan meningkat ditengah upaya perundingan antara pejabat senior dari kedua negara dalam minggu ini di Washington.

Dalam berita lainnya, Arab Saudi berencana untuk memompa hanya sekitar 10,1 juta barel minyak per hari di bulan Februari. Produksi ini tentu jauh di bawah batas sukarela negara tersebut sebesar 10,33 juta barel per hari, kata menteri energi Saudi Khalid al-Falih dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television.

Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar akan menantikan data yang akan dirilis oleh EIA. Lembaga Informasi Energi AS diperkirakan akan menunjukkan kenaikan 3,1 juta barel dalam pasokan minyak mentah mereka. Demikian menurut survei yang dilakukan oleh S&P Global Platts.

Perlu diperhatikan pula kemungkinan naiknya permintaan minyak pemanas di AS. Pasalnya, sekitar 250 juta orang atau 77% dari populasi benua AS akan menghadapi suhu di bawah titik beku dalam minggu ini. Dari mereka, 90 juta akan bertahan suhu di bawah nol dan mengejutkan 25 juta orang Amerika bisa melihat suhu jatuh ke 20 derajat di bawah, menurut ahli meteorologi Ryan Maue dari weathermodels.com. Suhu akan terjun ke 20-40 derajat di bawah nol antara Selasa dan Kamis di Upper Midwest dan wilayah Great Lakes.

Meskipun wilayah West dan Midwest diprediksi akan mengalami suhu yang lebih dingin, pasar kemungkinan lebih menitik beratkan pada perkiraan di wilayah East. Mengingat wilayah Northeast masih merupakan pusat permintaan minyak pemanas utama, kata Christin Redmond, analis komoditas global di Schneider Electric. A.S.(WK)