Harga minyak naik di perdagangan Asia karena pasokan terbatas

0
78
3 shot pano of a drilling Fracking Rig early in the day under a dramatic skyFracking Oil Well is conducting a fracking procedure to release trapped crude oil and natural gas to be refined and used as energy

Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Rabu sore, mendekati level tertinggi 10 bulan yang dicapai selama perdagangan sehari sebelumnya, karena pasar menyeimbangkan kekhawatiran pasokan atas produksi Libya dan pemotongan OPEC+ dengan hambatan makroekonomi global.

Minyak mentah berjangka Brent naik tipis 8 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 92,14 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 13 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 88,97 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak tersebut melonjak hampir dua persen pada Selasa (12/9/2023) dan ditutup pada level tertinggi sejak November 2022.

“Prospek permintaan yang bullish oleh OPEC dan prediksi Badan Informasi Energi AS (EIA) mengenai penurunan persediaan minyak global memperkuat pandangan pasar mengenai pengetatan pasokan di masa depan,” kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.

Berita tentang anggota OPEC, Libya, yang menutup empat terminal ekspor minyak di wilayah timur karena badai mematikan juga memberikan dukungan terhadap harga minyak, tambahnya.

“Tetapi kenaikan lebih lanjut mungkin terbatas karena ada juga tekanan negatif dari kekhawatiran yang masih ada mengenai melemahnya permintaan di China,” kata Yoshida.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraannya akan pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2023 dan 2024, dengan mengutip tanda-tanda bahwa negara-negara besar bernasib lebih baik dari perkiraan meskipun ada hambatan seperti suku bunga tinggi dan peningkatan inflasi.

Untuk menjaga pasokan tetap terbatas, Arab Saudi dan Rusia pekan lalu memperpanjang pengurangan pasokan sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

OPEC, Rusia dan produsen sekutunya dikenal sebagai OPEC+.

Produksi minyak Rusia diperkirakan menurun sebesar 1,5 persen menjadi 527 juta metrik ton (10,54 juta barel per hari) tahun ini, surat kabar Izvestia melaporkan pada Rabu, mengutip wawancara dengan Menteri Energi Nikolai Shulginov.

Sementara itu, EIA mengatakan persediaan minyak global diperkirakan turun hampir setengah juta barel per hari pada paruh kedua tahun 2023, menyebabkan harga minyak naik dengan harga Brent rata-rata 93 dolar AS per barel pada kuartal keempat.

Kontrak berjangka Brent bulan depan diperdagangkan setinggi 4,68 dolar AS per barel di atas kontrak pengiriman enam bulan berikutnya pada Selasa (12/9/2023), selisih yang terakhir terlihat pada November tahun lalu, menunjukkan pasokan pasar yang lebih ketat dalam waktu dekat.

Namun stok minyak mentah, sulingan dan bensin AS naik minggu lalu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (12/9/2023).

Stok minyak mentah naik sekitar 1,2 juta barel pada pekan yang berakhir 8 September, dibandingkan perkiraan para analis yang memperkirakan penurunan sekitar 1,9 juta barel.

Persediaan bensin naik sekitar 4,2 juta barel, sementara persediaan sulingan naik sekitar 2,6 juta barel.

Pasar juga menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu, dengan kenaikan indeks harga konsumen inti tahun-ke-tahun diperkirakan akan moderat menjadi 4,3 persen pada Agustus dari kenaikan 4,7 persen pada Juli.

Investor akan fokus pada apakah angka inflasi inti yang lebih lemah akan cukup bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunganya hingga tahun depan.