Harga minyak naik di perdagangan Asia Kamis pagi, pulih dari kerugian awal, karena kekhawatiran yang tersisa atas pasokan global yang ketat melebihi kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat seperti yang disorot oleh merosotnya saham global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Juli naik 97 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 110,08 dolar AS per barel pada pukul 02.20 GMT, setelah turun lebih dari satu dolar AS di awal sesi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Juni naik 42 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 110,01 dolar AS per barel, pulih dari kerugian awal lebih dari dua dolar AS.
WTI untuk Juli naik 56 sen, atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 107,60 dolar AS per barel.
Kedua harga patokan turun sekitar 2,5 persen pada Rabu (18/5/2022).
“Kemerosotan di Wall Street memperburuk sentimen di awal perdagangan karena menggarisbawahi kekhawatiran atas melemahnya konsumsi dan permintaan bahan bakar,” kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.
Saham Asia pada Kamis mengikuti aksi jual Wall Street yang curam karena investor resah atas kenaikan inflasi global, kebijakan nol-COVID China dan perang di Ukraina.
“Namun, pasar minyak mempertahankan tren bullish karena larangan impor yang tertunda oleh Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia diperkirakan akan semakin memperketat pasokan global,” kata Yoshida.
Uni Eropa bulan ini mengusulkan paket sanksi baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Ini akan mencakup larangan total impor minyak dalam waktu enam bulan, tetapi langkah-langkah tersebut belum diadopsi, dengan Hongaria menjadi salah satu kritikus paling vokal dari rencana tersebut.
Komisi Eropa pada Rabu (18/5/2022) meluncurkan rencana 210 miliar euro (220 miliar dolar AS) untuk Eropa guna mengakhiri ketergantungannya pada bahan bakar fosil Rusia pada 2027, dan menggunakan poros menjauh dari Moskow untuk mempercepat transisinya ke energi hijau.
Juga, persediaan minyak mentah AS turun minggu lalu, penarikan yang tidak terduga, karena penyulingan meningkatkan produksi sebagai tanggapan terhadap persediaan produk yang ketat dan ekspor yang mendekati rekor yang telah memaksa harga solar dan bensin AS ke level rekor.
Penggunaan kapasitas di Pesisir Timur dan Pesisir Teluk berada di atas 95 persen, menempatkan kilang-kilang tersebut mendekati tingkat pengoperasian setinggi mungkin.